LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Stase
Manajemen keperawatan program
profesi ners
Stikes Bina Putera Banjar
Disusun
oleh:
Arif Kurniawan
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM
PROFESI NERS ANGKATAN XII
2016
A. Definisi
Komunikasi
1. Komunikasi
secara Umum
Komunikasi adalah suatu proses
dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan
dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
2. Komunikasi
menurut para ahli
Himstreet & Baty, Komunikasi
adalah suatu proses penukaran informasi antar individu melalui suatu sistem
yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku
atau tindakan.
The Odorson & The Dorson, Komunikasi
adalah penyebaran informasi, ide-ide sebgai sikap atau emosi dari seseorang
kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
Charles H. Cooley, Komunikasi
berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia dilakukan dengan mengartikan
simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu.
B. Unsur-Unsur
Komunikasi
1. Komunikator
/ Pengirim / Sender
Merupakan orang yang menyampaikan
isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bisa tunggal, kelompok atau
organisasi pengirim berita. Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim
berita dengan jelas, memilih media yang cocok untuk menyampaikan pesan
tersebut, dan meminta kejelasan pesan telah diterima dengan baik. Untuk itu,
seorang komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan
dengan siapa dia berkomunikasi, apa yang akan dia sampaikan dan bagaimana cara
menyampaikannya.
2. Komunikan /
Penerima / Receiver
Merupakan penerima pesan atau berita
yang disampaikan oleh komunikator. Dalam proses komunikasi, penerima pesan
bertanggung jawab untuk dapat mengerti isi pesan yang disampaikan dengan baik
dan benar. Penerima pesan juga memberikan umpan balik kepada pengirim pesan
untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan dimengerti secara sempurna.
3. Saluran /
Media / Channel
Merupakan saluran atau jalan yang
dilalui oleh isi pernyataan komunikator kepada komunikasi dan sebaliknya. Pesan
dapat berupa kata-kata atau tulisan, tiruan, gambaran atau perantara lain yang
dapat digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti
telepon, televisi, fax, photo copy, email, sandi morse, smartphone, sms,
dan sebagainya. Pemilihan channel dalam proses komunikasi
tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan (Wursanto, 1994).
C. Tahap-Tahap
Berkomunikasi
1. Tahap Ideasi
Tahap ideasi (ideation), yaitu proses
pencipataan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.
2. Tahap Ecoding
Tahap encoding adalah gagasan atau informasi
disusun dalam serangkain bentuk simbol atau sandi yang dirancang untuk
dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan media komunikasi
yang akan digunakan. Simbol atau sandi dapat berbentuk kata-kata (lisan maupun
tertulis), gambar (poster atau grafik), atau tindakan.
3.
Tahap
Pengiriman
Tahap
pengiriman (transmitting)adalah gagasan atau pesan-pesan yang telah
disimbolkan atau disandikan (encoded) melalui saluran dan media
komunikasi yang tersedia dalam organisasi. Pengiriman pesan dapat dilakukan
dengan berbicara, menulis, menggambar, dan bertindak. Saluran
yang dilalui pesan-pesan disebut media komunikasi. saluran dan media
komunikasinya dapat berbentuk lisan (telepon, temu-muka langsung)
atau tertulis (papan pengumuman, poster dan buku
pedoman), mengalir kebawah (memo dan instruksi
tertulis), keatas (kotak saran, grievance prosedure,
laporan prestasi kerja), atau ke samping (panitia, pertemuan antar
departemen), formal (diskripsi jabatan dan prosedur kerja,
konferensi) atau informal (ngobrol makan siang di kafetaria
perusahaan), dan aliran satu arah (laporan tahunan yang dipublikasikan)
atau dua arah (konferensi, wawancara pemutusan hubungan kerja).
4.
Tahap
Penerimaan.
Setelah
pesan dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima oleh komunikan.
Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca,
atau mengamati tergantung pada saluran dan media yang digunakan untuk
mengirimkannya. Jika informasi atau pesan berbentuk komunikasi lisan, maka
seringkali kegagalan dalam mendengarkan dan berkonsentrasi mengakibatkan
hilangnya pesan-pesan tersebut.
5.
Tahap Encoding
Tahap
encoding adalah di mana pesan-pesan yang diterima diinterprestaikan,
dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui
suatu proses berpikir. Pikiran manusia, sistem memori mekanis, instink
binatang, dan proses berpikir lainnya berfungsi sebagai mekanisme decoding.
Dalam tahap decoding ini dapat terjadi ketidaksesuaian atau
bahkan penolakan terhadap gagasan atau idea yang di”encoding” oleh
komunikator dikarenakan adanya hambatan teknis, dan lebih-lebih adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan persepsi komunikan dalam hal arti
kata atau semantik.
6.
Tahap Tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai
respon terhadap pesan-pesan yang diterimanya merupakan tahap terakhir dalam
suatu proses komunikasi. Dalam tahap ini, respon komunikan dapat berbentuk
usaha melengkapi informasi, meminta informasi tambahan, atau melakukan
tindakan-tindakan lain. Jika setiap pesan yang dikirimkan komunikator
menghasilkan respon tindakan seperti apa yang diharapkan, maka dapat dikatakan
telah terjadi komunikasi yang efektif.
D. Definisi
Organisasi
1. Organisasi
secara Umum
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon -
alat) adalah suatu kelompok orang dalam
suatu wadah untuk tujuan bersama.
2. Organisasi menurut para ahli
Stoner, Organisasi adalah
suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan
atasan mengejar tujuan bersama.
James D. Mooney, Organisasi adalah
bentuj setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Chester I. Bernard, Organisasi adalah
merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih.
Stephen P. Robbins, Organisasi adalah
kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah
batasan yang relative dapat diindentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.
E. Komunikasi
dalam Organisasi
Istilah
“komunikasi” ini berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “communis”yang
berarti “sama” (common). Jika kita akan mengkomunikasikan suatu idea atau
gagasan, maka kita harus menetapkan terlebih dahulu suatu dasar titik-temu
yang sama untuk mencapai suatu pemahaman atau
pengertian. Komunikasi juga sebagai suatu tindakan
mendorong pihak lain untuk menginterpretasikan suatu idea dalam suatu cara yang
diinginkan oleh pembicara atau penulis.
Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi, hubungan
antarmanusia, komunikasi dan proses
pengorganisasian serta budaya organisasi.Komunikasi organisasi diberi batasan
sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling
bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.
F. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Organisasi menurut para ahli
1. Sendjaja
a. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di
samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif, yaitu:
§ Berkaitan
dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya
perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
§ Berkaitan
dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh
dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c.
Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan
kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
kegiatan darmawisata.
2. Scott dan
T.R. Mitchell
a.
Kendali,
control, pengawasan.
b.
Motivasi.
c.
Pengungkapan
emosional.
d.
Informasi.
3. Thayer
a.
Memberi
informasi.
b.
Membujuk.
c.
Memerintah.
d.
Memberi
instruksi.
e.
Mengintegrasikan organisasi.
G. Proses
Komunikasi dalam Organisasi
1. Komunikasi Internal
Proses komunikasi di antara para
pengurus dan anggota dalam ruang lingkup suatu organisasi, dalam struktur
lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal,
sehingga kerja organisasi dapat berjalan. Komunikasi internal terdiri atas
empat bagian, yaitu :
a.
Downward Communication (komunikasi dari atas ke bawah) :
Komunikasi yang berlangsung ketika
orang-orang yang berada pada tataran manajer atau supervisor mengirimkan pesan
kepada bawahannya.
Fungsi komunikasi dari atas ke bawah
antara lain :
§ Pemberian atau
penyimpanan instruksi kerja.
§ Penjelasan dari pimpinan tentang
mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan.
§ Penyampaian
informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku.
§ Pemberian motivasi
kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Metode komunikasi
dari atas ke bawah antara lain :
§ Metode tulisan.
§ Metode lisan.
§ Metode tulisan
diikuti lisan.
§ Metode lisan
diikuti tulisan.
b. Upward Communication (komunikasi dari bawah ke atas) :
Komunikasi yang terjadi ketika
bawahan mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi komunikasi dari bawah ke atas
antara lain :
§ Penyampaian
informai tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.
§ Penyampaian
informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan.
§ Penyampaian
saran-saran perbaikan dari bawahan.
§ Penyampaian keluhan
dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin
hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara
memperoleh informasi dari bawah. Alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat
sulit dan rumit :
§ Kecenderungan bagi
pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.
§ Perasaan bahwa
atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai.
§ Kurangnya
penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai.
§ Perasaan bahwa
atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan
pegawai.
c.
Horizontal Communication (komunikasi sesama) :
Komunikasi yang berlangsung di antara
para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi komunikasi sesama antara lain
:
§ Memperbaiki
koordinasi tugas.
§ Upaya pemecahan masalah.
§ Saling berbagi
informasi.
§ Upaya pemecahan
konflik.
§ Membina hubungan
dan mempererat kekeluargaan melalui kegiatan bersama.
d. Interline Communication (komunikasi lintas saluran) :
Komunikasi untuk berbagi informasi
melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam
komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Kondisi
yang harus dipenuhi dalam komunikasi lintas-saluran :
§ Setiap pegawai yang
ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari
atasannya langsung.
§ Setiap pegawai yang
terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan hasil
komunikasinya kepada atasannya.
2. Komunikasi
Eksternal
Proses komunikasi di antara para
pengurus dan anggota suatu organisasi dengan orang atau masyarakat umum.
a.
Komunikasi dari organisasi kepada masyarakat.
Contohnya : konferensi pers, iklan,
brosur
b.
Komunikasi dari masyarakat kepada organisasi.
Contohnya : menerima saran
kritik, hotline customer service 24 jam
H. Gaya
Komunikasi dalam Organisasi
1. The
Controlling Style
controlling style communicationditandai
dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi
ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
2. The
equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini,
tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan
ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana
yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan
pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan
kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai
dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun
tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication).
3. The
Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur
ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna
memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan
serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi
informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang
berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator)
struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan
verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic
style
Gaya komunikasi yang dinamis ini
memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The
dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru
kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atausaleswomen).
5. The
Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih
mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang
lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender)
mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
6. The
Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa
persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
I.
Bentuk
Komunikasi dalam Organisasi
1. Komunikasi Berdasarkan Bentuk
a. Komunikasi Langsung, Komunikasi
langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata,
gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat. Contoh :
Berbicara langsung kepada seseorang.
b. Komunikasi Tidak Langsung, Komunikasi
tidak langsung biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan
jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis
waktu. Contoh :
Radio, televisi.
2. Komunikasi
Berdasarkan Sasaran
a.
Komunikasi
Massa, Komunikasi
massa adalah komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang
besar. Syarat-syarat
komunikasi massa :
§ Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit
dan tidak bertele-tele.
§ Bahasa yang mudah
dimengerti/dipahami.
§ Bentuk gambar yang baik.
§ Membentuk kelompok khusus, misalnya
kelompok pendengar radio.
b.
Komunikasi
kelompok, Komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat
dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik. Contoh :
Perawat dengan pengunjung puskesmas.
c.
Komunikasi
Perorangan, Komunikasi
perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka atau bisa dapat juga melalui
telepon. Contoh :
perawat dengan pasien.
3. Komunikasi
Berdasarkan Arah Pesan
a.
Komunikasi
satu arah, Komunikasi
satu arah adalah komunikasi yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran tidak
dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau
bertanya. Contoh : Radio.
b.
Komunikasi
Timbal Balik, Komunikasi
timbale balik adalah komunikasi yang disampaikan kepada sasaran dan sasaran
memberikan umpan balik. Contoh :
komunikasi kelompok atau komunikasi perorangan.
J. Peran
Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi
dalam suatu organisasi sangat penting agar tidak terjadinya salah penyampaian
informasi antar anggota dalam suatu organisasi dan agar tercapainya tujuan
tertentu. Sebuah interaksi yang bertujuan untuk menyatukan dan mensinkronkan
seluruh aspek untuk kepentingan bersama sangat dibutuhkan dalam sebuah tujuan
berorganisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya sebuah interaksi yang baik
niscaya sebuah organisasi tidak akan mencapai tujuannya. Interaksi disini adalah
mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang dapat berupa
penyampaian-penyampaian informasi, instruksi tugas kerja atau mungkin pembagian
tugas kerja. Interaksi sebenarnya adalah proses hubungan komunikasi antara 2
orang atau lebih dimana orang yang satu bertindak sebagai pemberi informasi dan
orang yang lain berperan sebagai penerima informasi. Intinya, korelasinya harus
melibatkan dan terfokus kepada orang-orang itu sendiri dalam suatu organisasi.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan komunikasi dapat dibilang juga sebagai
proses penyampaian informasi yang berguna untuk mengkoordinasikan lingkungan
dan orang lain demi mencapai suatu tujuan.
Sebuah
bentuk organisasi pasti mengedepankan sebuah komunikasi agar tercipta hasil
yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi meliputi atasan
dan bawahan dengan penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke bawahannya
yang semata-mata semua berorientasi berdasarkan organisasi.
Tujuan
komunikasi dalam sebuah organisasi sangat memberikan banyak manfaat secara
langsung yaitu memudahkan para anggota bekerja dari instruksi-instruksi yang
diberikan dari atasan dan untuk mengurangi kesalahpahaman yang biasa terjadi
dan memang sudah melekat pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan atasan
dapat berinteraksi dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang beresiko
mungkin akan berkurang, karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian
komunikasi yang berbeda-beda secara verbal. Dengan demikian semua pelaku
organisasi harus berbicara, bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu
lingkungan kondusif dan mengetahui situasi-situasi yang akan terjadi diluar
dugaan karena kesalahan komunikasi sekecil apapun pasti akan berakibat fatal.
K. Hambatan
Komunikasi dalam Organisasi
1. Hambatan
dari Proses Komunikasi
a.
Hambatan
dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional.
b. Hambatan
dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c.
Hambatan
media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
d. Hambatan
dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
e.
Hambatan dari
penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan
pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih
lanjut.
f.
Hambatan
dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya
akan tetapi memberikan interpretative, Hambatan tidak tepat waktu
atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang
efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan
(cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
3.
Hambatan
Semantik
4. Faktor pemahaman bahasa dan
penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan dalam
komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas atau
berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya
perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
5. Hambatan Psikologis
Hambatan
psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan
nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan,
sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si
penerima pesan yang hendak disampaikan.
6.
Hambatan
Manusiawi
Terjadi
karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
L. Cara
Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1. Gunakan umpan-balik, Beri
kesempatan pada orang orang lain untuk menyampaikan ide atau gagasannya,
sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.
2. Kenali si
penerima berita
§ Bagaimana latar belakang
pendidikannya,
§ Bagaimana pengetahuan tentang subyek
pembicaraan,
§ Sejauh mana minat dan
perasaan.
3.
Rencanakan
secara teliti, Pertimbangkan
baik-baik, misalnya: apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan.
M. Contoh Studi
Kasus
Pengaruh
komunikasi dalam organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja
(studi kasus pada karyawan bagian produksi Pabrik Kertas CV Setia Kawan
Tulungagung).
Komunikasi dalam
organisasi, kepuasan kerja, kinerja. Dewasa ini telah banyak organisasi yang
berdiri dan berkembang sukses baik dalam skala kecil maupun
besar. Organisasi sendiri merupakan suatu alat dimana orang-orang
mempersatukan kecakapan dan usaha mereka untuk mencapai tujuan bersama. Sering
dijumpai bahwa karyawan kurang terpuaskan hatinya dalam melaksanakan tugasnya
karena informasi mengenai prosedur kerja yang disampaikan pimpinan
kurang dapat dipahami. Sehingga karyawan cenderung merasa khawatir, segan, dan
takut dalam melaksanakan tugasnya.
Dengan
adanya perasaan-perasaan tersebut dalam melaksanakan tugas mengakibatkan
kinerja karyawan menjadi menurun. Salah satu jalan mengatasi semua ini adalah
dengan saluran komunikasi. Studi kasus ini bertujuan untuk mengkaji
lebih mendalam tentang komunikasi dalam organisasi yang ada di Pabrik Kertas CV
Setia Kawan Tulungagung guna meningkatkan kinerja karyawan melalui kepuasan
kerja.
Berdasarkan
wacana diatas disarankan antara atasan dengan bawahan pada Pabrik Kertas CV
Setia Kawan Tulungagung lebih sering meningkatkan koordinasi (mengadakan
sharing) sehingga setiap kegiatan akan berjalan dengan baik karena dapat
mengerti perasaan karyawan mulai dari masalah pekerjaan, rekan sekerja, sampai
masalah kesesuaian upah, secara periodik para atasan (direktur, manager,
kepala bagian)lebih sering terjun langsung ke lapangan sehingga dapat meningkatkan
kepuasan dan kinerja, pimpinan memperhatikan keluhan-keluhan dari para
karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar