LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI
DI RSJ Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
OLEH:
ARIF
KURNIAWAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2017
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart &
Sudden).
Halusinasi adalah persepsi adanya rangsangan
apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar
(Maramis, halaman 119).
Halusinasi
adalah perubahan persepsi sensori: suatu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensai palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Selain itu halusinasi
juga bisa diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan
fikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua
sistem pengindaraan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan
pengecapan) (Cook dan Fontaine, 1987 dalam Fitria 2012).
B.
Tanda dan gejala
1. Bicara,
senyum, bicara sendiri
2. Menarik diri
dan menghindari diri dari orang lain
3. Tidak dapat
membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat
menurunkan perhatian
5. Curiga,
bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, takut)
6. Ekspresi
muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
7. Menggerakan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat
8. Tidak mampu
mengikuti perintah dari perawat, tanpak tremor dan berkeringat, perilaku panik,
agitas dan ketakutan
9. Biasa
terdapat disrientasi waktu
Data Mayor
|
Data Minor
|
-
Mengatakan mendengar suara bisikan/bayangan
-
Berbicara sendiri
-
Tertawa sendiri
-
Marah tanpa sebab
|
-
Menyatakan kesal
-
Menyatakan senang dengan suara-suara
-
Menyendiri
-
Melamun
|
C. Tahapan dan
tingkatan halusinasi
1. Comporting →
cemas sedang, halusinasi merupakan kesenangan
a.
Karakteristik: Non
psikotik, merasa cemas, kesepian, bersalah, takut sehinggamencoba berpikir
hal-hal menyenangkan, halusinasi masih dapat dikontrol
b.
Observable patient behaviors: Tersenyum/tertawa
sendiri, bicara tanpa bersuara, rapid eyes movement, bicara pelan, diam dan
preoccupied
2. Condemnine →
cemas berat, halusinasi menjadi refulsif
a.
Karakteristik: Nonspesifik
pengalaman sensori menjadi menakuitkan, klien merasa hilang kontrol dan merasa
dilecehkan oleh pengalaan sensori tersebut, menarik diri dari orang lain
b.
Observable patient behaviors: Peningkatan
aktivitas sistem saraf otonom, peningkatan denyut jantung, respirasi dan
tekanan darah.
3. Controlling
→ cemas berat, halusinasi tidak dapat ditolak
a.
Karakteristik: Klien
menyerah terhadap halusinasinya, halusinasi menjadi lebih mengancam
b.
Observable patient behaviors: Mengikuti
perintah halusinasinya, sulit berhubungan dengan orang lain, berkeringat,
tremor, tidak dapat mengikuti perintah dari perawat.
4. Conquering →
panik, klien dikuasai oleh halusinasinya
a.
Karakteristik: Pengalaman
sensori menjadi menakutkan dan mengancam jika tidak mengikuti perintahnya
b.
Observable patient behaviors: Pelaku
panik, resiko tinggi mencederai diri sendiri/orang lain,m,m aktivitas
menggambarkan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, gelisah, isolasi
sosial/katatonia.
D. Klasifikasi
1. Halusinasi
pendengaran
Klien mendengar suara/bunyi yang
tidak ada hubungannya dengan stimulkus yang nyata/lingkungan. Dengan kata lain
yang berada disekitar klien tidak mendengar bunyi atau suara yang didengar
klien tersebut.
2. Halusinasi
penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas
atau samar tanpa adanya stimulus yang nyata dari lingkungan
3. Halusinasi
penciuman
Klien mencium sesuatu yang muncul
dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata
4. Halusinasi
pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak
nyata biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak
5. Halusinasi
perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata
E. Rentang
Respon
Rentang respons
neurobiolgis
|
|
||||||||||||
|
|
|
F. Faktor Predisposisi
1.
Biologis: Abnormalitas
otak dapat menyebabkan respon neurobiologik yang maladaptif. Misalnya, adanya
lesi pada area frontal, temporal dan limbic yang paling berhubungan dengan munculnya
perilaku psikotik.
2.
Psikologis: Selama lebih
dari 20 tahun schizofrenia diyakini sebagai penyakit disebabkan sebagian oleh
keluarga dan sebagian lagi oleh karakyer individu itu sendiri.
3.
Sosial budaya: Bebrapa ahli
menyimpulkan bahwa kemiskinan, ketidakharmonisan, sosial dan budaya menyebabkan
schizofrenia.
G. Faktor
Presipitasi
Faktor sosial budaya : teori ini
menyatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan terjadinya respon
neurobiologist yang maladaptive, misalnya lingkungan yang penuh dengan kritik
(rasa bermusuhan), kehilangan kemandirian dalam kehidupan/kehilangan harga
diri, kerusakan dalam hubungan interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan
dan kemiskinan (Depkes, 2000).
H. Sumber Koping
Merupakan suatu evaluasi
terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress
dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang ada dilingkungannya. Sumber
koping tersebut dijadikan modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial
dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif.
I. Mekanisme
Koping
Merupakan tiap upaya yang diarahkanpada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan
mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.
1. Regresi,
merupakan upaya kliuen untuk menanggulangi ansietas
2. Proyeksi,
sebagai upaya menjelaskan keracunan persepsi
3. Menarik diri
J. Pohon Masalah
Effect Risti
Prilaku Kekerasan
Core problem Perubahan
Persepsi Sensori: Halusinasi
Causa Isolasi
Sosial
Harga
Diri Rendah Kronis
K. Masalah Keperawatan Dan Data Fokus Pengkajian
1. Masalah
keperawatan
a.
Resiko tinggi
prilaku kekerasan
b.
Perubahan sensori perceptual : halusinasi
c.
Isolasi sosial
d.
Harga diri
rendah kronis
2.
Data fokus pengkajian
No
|
Data
|
Masalah
|
1
|
DS:
-
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang
lain, ingin membunuh, ingin membakar dan mengacak-ngacak lingkungan dll
DO:
-
Klien mengamuk, merusak, dan melempar barang,
melakukan tindakan kekerasan kepada orang disekitarnya
|
Resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan
|
2
|
DS:
-
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata
-
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus
yang nyata dll.
DO:
-
Klien berbicara sendiri
-
Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
-
Disorientasi
|
Perubahan sensori perceptual:
halusinasi
|
3.
Diagnoasa keperawatan
a. Resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan
perceptual: halusinasi
b. Perubahan
sensori perceptual: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
J. Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Tujuan
|
Kriteria Evaluasi
|
Intervensi
|
Pasien mampu :
-
Mengenali halusinasi yang dialaminya
-
Mengontrol halusinasinya
-
Mengikuti program pengobatan
|
Setelah ....x pertemuan pasien dapat menyebutkan :
-
Isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan
-
Mampu memperagakan cara dalam mengontrol halusinasi
|
SP 1 (Tanggal …………..)
-
Bantu pasien mengenal halusinasinya (Isi, waktu,
frekuensi, situasi pencetus, perasaan)
-
Latih mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik. Tahapan tindakannya meliputi :
·
Jelaskan cara menghardik halusinasinya
·
Peragakan cara menghardik
·
Minta pasien memperagakan ulang
·
Pantau peberapan cara ini beri penguatan perilaku
pasien
·
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
|
Setelah ...x pertemuan, pasien mampu :
-
Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
-
Memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain
|
SP 2 (Tanggal ………………..)
-
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
-
Latih berbicara dengan orang lain saat halusinasi
muncul
-
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
|
|
Setelah ...x pertemuan, pasienmampu :
-
Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan
-
Membuiat jadwal kegiatan sehari-hari dan mampu
memperagakannya
|
SP 3 (Tanggal ………………..)
-
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)
-
Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul.
Tahapannya :
-
Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
-
Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
pasien
-
Latih pasien melakukan aktivitas
-
Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih (dari bangun pagi sampai malam hari)
-
Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhdap perilaku pasien yang positif
|
|
Setelah ...x pertemuan, pasien mampu :
-
Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
-
Menyebutkan manfaat dari program pengobatan
|
SP 4 (Tanggal ………………..)
-
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2, 3)
-
Tanyakan program pengobatan
-
Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan
jiwa
|
|
-
Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program
-
Jelaskan akibat putus obat
-
Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
-
Jelaskan pengobatan (5B)
-
Latih pasien minum obat
-
Masukan dalam jadwal harian pasien
|
||
Keluarga mampu :
-
Merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung
yang efektif untuk pasien.
|
Setelah...x pertemuan keluarga mampu menjelaskan
tentang halusinasi
|
SP 1 (Tanggal ………………..)
-
Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
-
Jelaskan tentang halusinasi :
·
Pengertian hakusinasi
·
Jenis halusinasi
dalam pasien
·
Tanda dan gejala’
·
Cara merawat pasien (cara komunikasi, pemberian
obat, dan pembetrian aktivitas kepada pasien)
-
Sumber sumber pelayanan kesehatan yang bisa di
jangkau
-
Bermain peran cara merawat
-
Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga
untuk merawat pasien.
|
Setelah ...x pertemuan, keluarga mampu :
-
Menyelesaikan kegiatan yang sudah dilakukan
-
Memperagakan cara merawat pasien
|
SP 2 (Tanggal ………………..)
-
Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
-
Latih keluarga merawat pasien
-
RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
|
|
Setelah ...x pertemuan, keluarga mampu :
-
Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
-
Memperagakan cara merawat pasien serta mampu membuat
RTL
|
SP 3 (Tanggal ………………..)
-
Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
-
Latih keluarga merawat pasien
-
RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
|
|
Setelah ...x pertemuan keluarga mampu :
-
Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
-
Melaksanakan follow up rujukan
|
SP 4 (Tanggal ………………..)
-
Evaluasi kemampuan keluarga
-
Evaluasi kemampuan pasien
-
RTL keluarga :
·
Follow up
·
Rujukan
|
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses
Keperawatan Jiwa Bogor
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan
Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2000., teori
& tindakan keperawatan Jiwa.Jakarta; Yankes RI Keperawatan Jiwa
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi
1. Jakarta
Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Surabaya; Airlangga University Press.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to Psychiatric Nursing, oleh
Achir Yani S. Hamid. 3rd ed. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa. Edisi ; 1. Bandung; RSJP
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar