Rabu, 16 Agustus 2017

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI



LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI
DI RSJ Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA




OLEH:
ARIF KURNIAWAN




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2017



TINJAUAN TEORI


A.    Pengertian
     Bunuh diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam jiwanya, dalam sumber lain dikatakan bunuh diri sebagai perilaku deskruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku deskruktif yang mencakupsetiap aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal inisebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sudden,1995).

B.     Tanda dan gejala
1.      Mempunyai ide bunuh diri
2.      Mengungkapkan keinginan untuk mati
3.      Mengyungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4.      Impuls
5.      Menunjukan perilaku yang mencurigakan
6.      Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7.      Verbal terselubung (berbicara soal kematian, menanyakan dosis obat kematian)
8.      Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat)
9.      Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol)
10.  Kesehatan  fisik
11.  Pengangguran
12.  Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
13.  Status perkawinan
14.  Pekerjaan
15.  Konflik interpersonal
16.  Latar belakang keluarga
17.  Orientasi seksual
18.  Sumber sumber personal
19.  Sumber-sumber sosial
20.  Menjadi korban kekerasan saat kecil

C.    Rentang Respon
                                              Rentang Respons Protektif Diri

Respon Adaftif                                                                                         Respon Maladaptif
 

Peningkatan Diri     Beresiko Destruktif     Destruktif Diri     Pencedraan Diri     Bunuh Diri

1.      Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan kerjanya.
2.      Beresiko deskruktif
Seseorang memiliki kecendrungan atau beresiko mengalami perilaku deskruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3.      Deskruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri, misalnya karena pandangan seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal
4.      Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5.      Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1995) dibagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:
1.          Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian, kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
2.          Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanbakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3.          Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau non verbalbahwa seseorang sedang menguipayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkoin menunjukan secara verbal bahwa dia tidak akan lagi ad disekitar kita atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat dan sebagainya. Kurangnya respon dari lingkungan sekitar dapat dipresepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

D.    Faktor Predisposisi
    Tidak ada teori tunggal yang mengiungkapkan  tentang bunuh diri dan memberi petunjuk mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik. Teori perilaku meyakini bahwa pencerdasan diri merupakan hal yang dipelajari dan diterima pada saat anak-anak dan masa remaja. Teori psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembangan ego, trauma interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang untuk mencederai diri.
1.      Teori inerpersonal
Mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagi kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan kasar serta tidak mendapat kepuasan (Stuart dan Sundeen, 1995)
2.      Lima faktor predisposisi yang menunjuang pada pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
a.       Diagnosis psikiatrik: Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan skizofrenia.
b.      Sifat kepribadian: Tiga sifat kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
c.       Lingkungan psikososial: Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negativ dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan lebih dahulu mengetahui penyebab masalah respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebuit dan lain lain.
d.      Riwayat keluarga: Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e.       Faktor biokimia: Data menunjukan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin dan dopamin. Peningkatan zat-zat tersebut dapat dilihat melalui8 rekaman gelombang otak elektro encepalo graph atau (EEG).

E.     Faktor Presipitasi
    Perilaku deskruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memerlukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah meloihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan melakukan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebur menjadi sangat rentan.

F.     Sumber Koping
Klien dengan penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri.

G.    Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilau bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif. Perilaku bunuh diri menunjukan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

H.    Pohon Masalah

Bunuh Diri
       
Resiko Bunuh Diri
        
Isolasi Sosial
        
Harga Diri Rendah Kronis

(Fitria, 2009)

I.       Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Resiko bunuh diri
2.      Bunuh diri
3.      Isolasi sosial
4.      Harga diri rendah kronis

J.      Data Yang Perlu Dikaji
No
Data
Masalah
1
DS:
-          Mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri
-          Mengungkapkan keinginan untuk mati
-          Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
-          Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
-          Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
-          Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
-          Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
DO:
-          Impulsif
-          Menunjuukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
-          Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikois, dan penyalahgunaan alkohol)
-          Adanya riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
-          Pengangguran
-          Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
-          Status perkawinan yang tidak harmonis
Resiko bunuh diri

2
DS:
-          Mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri
-          Mengungkapkan keinginan untuk mati
-          Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
-          Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
-          Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
-          Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
-          Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

DO:
-          Impulsif
-          Menunjuukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
-          Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikois, dan penyalahgunaan alkohol)
-          Adanya riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
-          Pengangguran
-          Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
-          Status perkawinan yang tidak harmonis
Bunuh diri
















K.    Intervensi
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Pasien tetap aman dan selamat
Setelah .....x pertemuan pasien mampu :
-          Mengidentifikasi benda – benda yang dapat membahayakan pasien
-          Mengendalikan dorongan bunuh diri
SP 1 (Tanggal ……..)
-          Identifikasi benda – benda yang dapat membahayakan pasien                                                                                                               
-          Amankan benda – benda yang dapat membahayakan pasien
-          Lakukan kontrak treatment
-          Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuih diri
-          Latih cara mengendalikan dorongan bunuih diri
Setelah ....x pertemuan, pasien mampu :
-          Mengidentifikasi aspek positif dan mampu menghargai diri sebagai individu yang berharga
SP 2 (Tanggal ……..)
-          Identifikasi aspek positif pasien
-          Dorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
-          Dorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
Setelah ....x pertemuan, pasien mampu :
-          Mengidentifikasi pola koping yang konsruktif dan mampu menerapkannya
SP 3 (Tanggal ……..)
-          Identifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
-          Nilai pola koping yang biasa dilakukan
-          Identifikasi pola koping yang konstruktif
-          Dorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
-          Anjurkan pasien menerapkan pola koping yang konsruktif dalam kegiatan harian
Setelah ....x pertemuan, pasien mampu :
-          Mengudentifikasi pola koping yang konstruktif dan mampu menerapkannya
SP 4 (Tanggal ……..)
-          Buat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
-          Identifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
-          Beri dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan realistis.
Keluarga mampu :
Merawat pasien dengan resiko bunuh diri
Setelah ....x pertemuan keluarga mampu :
-       Merawat pasien dan mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta jenis perilaku bunuh diri
SP 1 (Tanggal ……..)
-          Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
-          Jelaskan pengertian tanda dan gejala resiko bunuh dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
-          Jelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri
Setelah ....x pertemuan keluarga mampu :
-       Merawat pasien dan mampu melakukan langsung cara merawat pasien
SP 2 (Tanggal ……..)
-       Latih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri
-       Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko bunuh diri
Setelah ....x pertemuan keluarga mampu :
-          Membuat jadwal aktivitas di rumah dan mampu melakukan follow up
SP 3 (Tanggal ……..)
-       Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
-       Jelaskan follow up pasien setelah pulang


DAFTAR PUSTAKA


Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa Bogor

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2000., teori & tindakan keperawatan Jiwa.Jakarta; Yankes RI Keperawatan Jiwa

Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta
Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya; Airlangga University Press.

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to Psychiatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3rd ed. Jakarta : EGC

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi ; 1. Bandung; RSJP

Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC





Tidak ada komentar:

Posting Komentar