LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI
DI RSJ Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
OLEH:
ARIF
KURNIAWAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2017
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Bunuh diri
adalah suatu kondisi dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam jiwanya, dalam sumber lain
dikatakan bunuh diri sebagai perilaku deskruktif terhadap diri sendiri yang
jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku deskruktif yang
mencakupsetiap aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu
menyadari hal inisebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sudden,1995).
B.
Tanda dan gejala
1. Mempunyai
ide bunuh diri
2. Mengungkapkan
keinginan untuk mati
3. Mengyungkapkan
rasa bersalah dan keputusasaan
4. Impuls
5. Menunjukan
perilaku yang mencurigakan
6. Memiliki
riwayat percobaan bunuh diri
7. Verbal
terselubung (berbicara soal kematian, menanyakan dosis obat kematian)
8. Status
emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat)
9. Kesehatan
mental (secara klinis klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis, dan
menyalahgunakan alkohol)
10. Kesehatan
fisik
11. Pengangguran
12. Umur 15-19
tahun atau diatas 45 tahun
13. Status perkawinan
14. Pekerjaan
15. Konflik
interpersonal
16. Latar
belakang keluarga
17. Orientasi
seksual
18. Sumber
sumber personal
19. Sumber-sumber
sosial
20. Menjadi
korban kekerasan saat kecil
C.
Rentang Respon
Rentang
Respons Protektif Diri
Respon
Adaftif Respon Maladaptif
![]() |
Peningkatan Diri Beresiko Destruktif Destruktif Diri Pencedraan Diri Bunuh Diri
1. Peningkatan
diri
Seseorang dapat meningkatkan
proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang
membutuhkan pertahanan diri sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari
pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan kerjanya.
2. Beresiko
deskruktif
Seseorang memiliki kecendrungan atau
beresiko mengalami perilaku deskruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa
patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Deskruktif
diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri, misalnya karena pandangan seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal
4. Pencederaan
diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh
diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan
bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1995) dibagi menjadi tiga
kategori yaitu sebagai berikut:
1.
Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja
melakukan kegiatan menuju bunuh diri dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian, kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan
atau diabaikan.
2.
Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri
yang direncanbakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3.
Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu
peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau non
verbalbahwa seseorang sedang menguipayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkoin
menunjukan secara verbal bahwa dia tidak akan lagi ad disekitar kita atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat dan sebagainya.
Kurangnya respon dari lingkungan sekitar dapat dipresepsikan sebagai dukungan
untuk melakukan tindakan bunuh diri.
D.
Faktor Predisposisi
Tidak ada
teori tunggal yang mengiungkapkan tentang bunuh diri dan memberi petunjuk
mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik. Teori perilaku meyakini
bahwa pencerdasan diri merupakan hal yang dipelajari dan diterima pada saat
anak-anak dan masa remaja. Teori psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal
perkembangan ego, trauma interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang
mungkin dapat memicu seseorang untuk mencederai diri.
1. Teori
inerpersonal
Mengungkapkan bahwa mencederai diri
sebagi kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan
kasar serta tidak mendapat kepuasan (Stuart dan Sundeen, 1995)
2. Lima faktor
predisposisi yang menunjuang pada pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang
siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
a. Diagnosis
psikiatrik: Lebih dari
90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai
riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko
untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat
dan skizofrenia.
b. Sifat
kepribadian: Tiga sifat
kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah
antipasti, impulsive, dan depresi.
c. Lingkungan
psikososial: Faktor
predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negativ dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan
intervensi yang terapeutik, dengan lebih dahulu mengetahui penyebab masalah
respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebuit dan lain lain.
d. Riwayat
keluarga: Riwayat
keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang dapat
menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor
biokimia: Data
menunjukan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin dan
dopamin. Peningkatan zat-zat tersebut dapat dilihat melalui8 rekaman gelombang
otak elektro encepalo graph atau (EEG).
E.
Faktor Presipitasi
Perilaku
deskruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memerlukan. Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah meloihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan melakukan bunuh
diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebur menjadi sangat rentan.
F.
Sumber Koping
Klien dengan penyakit kronis atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang
ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri.
G.
Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi
mekanisme koping yang berhubungan dengan perilau bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, regression dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri
yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang.
H.
Pohon Masalah
Bunuh Diri
|
↑
|
Resiko
Bunuh Diri
|
↑
|
Isolasi Sosial
|
↑
|
Harga Diri Rendah Kronis
|
(Fitria,
2009)
|
I.
Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko bunuh
diri
2. Bunuh diri
3. Isolasi
sosial
4. Harga diri
rendah kronis
J.
Data Yang Perlu Dikaji
No
|
Data
|
Masalah
|
1
|
DS:
-
Mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri
-
Mengungkapkan keinginan untuk mati
-
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
-
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya
dari keluarga
-
Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis
obat yang mematikan
-
Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
-
Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil
DO:
-
Impulsif
-
Menunjuukan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh)
-
Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikois, dan
penyalahgunaan alkohol)
-
Adanya riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal).
-
Pengangguran
-
Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
-
Status perkawinan yang tidak harmonis
|
Resiko bunuh diri
|
2
|
DS:
-
Mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri
-
Mengungkapkan keinginan untuk mati
-
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
-
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya
dari keluarga
-
Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis
obat yang mematikan
-
Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
-
Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil
DO:
-
Impulsif
-
Menunjuukan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh)
-
Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikois, dan
penyalahgunaan alkohol)
-
Adanya riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal).
-
Pengangguran
-
Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
-
Status perkawinan yang tidak harmonis
|
Bunuh diri
|
K. Intervensi
Tujuan
|
Kriteria Evaluasi
|
Intervensi
|
Pasien tetap aman dan selamat
|
Setelah .....x pertemuan pasien mampu :
-
Mengidentifikasi benda – benda yang dapat
membahayakan pasien
-
Mengendalikan dorongan bunuh diri
|
SP 1 (Tanggal ……..)
-
Identifikasi benda – benda yang dapat membahayakan
pasien
-
Amankan benda – benda yang dapat membahayakan pasien
-
Lakukan kontrak treatment
-
Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuih diri
-
Latih cara mengendalikan dorongan bunuih diri
|
Setelah ....x pertemuan, pasien mampu :
-
Mengidentifikasi aspek positif dan mampu menghargai
diri sebagai individu yang berharga
|
SP 2 (Tanggal ……..)
-
Identifikasi aspek positif pasien
-
Dorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
-
Dorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu
yang berharga
|
|
Setelah ....x pertemuan, pasien mampu :
-
Mengidentifikasi pola koping yang konsruktif dan
mampu menerapkannya
|
SP 3 (Tanggal ……..)
-
Identifikasi pola koping yang biasa diterapkan
pasien
-
Nilai pola koping yang biasa dilakukan
-
Identifikasi pola koping yang konstruktif
-
Dorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
-
Anjurkan pasien menerapkan pola koping yang
konsruktif dalam kegiatan harian
|
|
Setelah ....x pertemuan, pasien mampu :
-
Mengudentifikasi pola koping yang konstruktif dan
mampu menerapkannya
|
SP 4 (Tanggal ……..)
-
Buat rencana masa depan yang realistis bersama
pasien
-
Identifikasi cara mencapai rencana masa depan yang
realistis
-
Beri dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan realistis.
|
|
Keluarga mampu :
Merawat pasien dengan resiko bunuh diri
|
Setelah ....x pertemuan keluarga mampu :
-
Merawat pasien dan mampu menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala serta jenis perilaku bunuh diri
|
SP 1 (Tanggal ……..)
-
Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
-
Jelaskan pengertian tanda dan gejala resiko bunuh
dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
-
Jelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri
|
Setelah ....x pertemuan keluarga mampu :
-
Merawat pasien dan mampu melakukan langsung cara
merawat pasien
|
SP 2 (Tanggal ……..)
-
Latih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
dengan resiko bunuh diri
-
Latih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien resiko bunuh diri
|
|
Setelah ....x pertemuan keluarga mampu :
-
Membuat jadwal aktivitas di rumah dan mampu
melakukan follow up
|
SP 3 (Tanggal ……..)
-
Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat
-
Jelaskan follow up pasien setelah pulang
|
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses
Keperawatan Jiwa Bogor
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan
Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2000., teori
& tindakan keperawatan Jiwa.Jakarta; Yankes RI Keperawatan Jiwa
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi
1. Jakarta
Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Surabaya; Airlangga University Press.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to Psychiatric Nursing, oleh
Achir Yani S. Hamid. 3rd ed. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa. Edisi ; 1. Bandung; RSJP
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar