LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH (HDR)
DI RSJ Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
OLEH:
ARIF
KURNIAWAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2017
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi
diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap
diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
(Schult & Videbeck, 1998).
Perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, hilang percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan (Kelliat, 1998).
B. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan
gangguan harga diri rendah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri
akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap dirinya
sendiri (mengkritik/menyalahkan dirinya sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik
diri)
4. Kurang percaya diri (sukar mengambil
keputusan)
5. Mencederai diri sendiri
6. Mengkritik dirinya sendiri
7. Perasaan tidak mampu
8. Pandangan hidup yang pesimistis
9. Tidak menerima pujian
10. Penurunan produktivitas
11. Penolakan terhadap kemampuan diri
12. Kurang memperhatikan perawatan diri
13. Lebih banyak menunduk
14. Selera makan berkurang
15. Bicara lambat dengan suara pel
C. Rentang Respon
|
|||||||||
|
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
1. Aktualisasi
diri: pernyataan
diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata
yang sukses yang dapat diterima.
2. Konsep
diri positif: apabila
individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan
menyadari hal-hal positif maupun ynag negatif dari dirinya.
3. Harga diri
rendah: individu
cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa rendah dari orang lain.
4. Keracunan
identitas: kegagalan
individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam
kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi: perasan yang tidak realistis dan
asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
D. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri,
termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan
peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang
sesuai dengan kebudayaan
3. Faktor yang mempengaruhi identitas
diri, yaitu yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya
dan kultur sosial yang berubah.
E. Faktor Presipitasi
Faktor prepitasi terjadinya harga
diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktifitas. Gangguan
konsep diri : harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1. Situasional
Gangguan
konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara situasional bisa disebabkan
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi
korban kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana karena masuk
penjara.
2. Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri
rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien
sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif
sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
F. Akibat (Effect)
Harga diri rendah kronis dapat
beresiko terjadinya isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang
lain. Isolasi sosial dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori.
G. Teori para ahli mengenai Harga diri
rendah
Peplau dan Sulvian dalam Keliat
(1999) mengatakan bahwa pengalaman interpersonal dimasa lalu atau tahap
perkembangan dari bayi sampai lanjut usia yang tidak menyenangkan, merasa sering
dipersalahkan, atau merasa tertekan kelak, akan menimbulkan perasaan aman yang
tidak terpenuhi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan
apabila koping yang digunakan tidak efektif dapat menyebabkan harga diri
rendah.
Caplan dalam keliat (1999) mengatakan bahwa lingkungan
sosial, pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan
dikucilkan, ditolak serta tidak dihargai akan mempengaruhi individu. Keadaaan
seperti ini dapat menyebabkan strees dan menimbulkan penimpangan perilaku
seperti harga diri rendah kronis.
H. Pohon Masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan
![]() |
![](file:///C:/Users/SAMSUNG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
![](file:///C:/Users/SAMSUNG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
![](file:///C:/Users/SAMSUNG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.gif)
Causa Koping
Individu Tidak Efektif
Sumber: Fitria (2019)
I. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping
jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
untuk melindungi diri yang menyakitkan.
1.
Pertahanan
jangka pendek
a.
Aktivitas
yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas (misal : bermain
musik, bekerja keras, menonton tv)
b. Aktivitas yang dapat memberikan
identitas pengganti sementara (ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub
politik, kelompok/geng).
c. Aktivitas yang secara sementara
menguatkan perasaan diri (misalnya olahraga yang kompetitif, pencapaian
akademik, kontes untuk mensapatkan popularitas)
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka
pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
individu (misal : Penyalahgunaan obat)
2. Pertahanan jangka panjang
a. Penutupan identitas: adopsi
identitas premature yang diinginkan oleh orang penting bagi individu tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu.
b. Identitas negatif : Asumsi
identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan
masyarakat.
J. Maslah Keperawatan Yang Mungkin
Muncul
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
5. Resti prilaku kekerasan
MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS
PENGKAJIAN
A.
Analisa Data
No
|
Data
|
Masalah
|
1
|
Data Mayor
-
DS: Klien
hidup tidak bermakna, tidak memiliki kelebihan
apapun, merasa
jelek
-
DO: Kontak mata kurang, tidak berinisiatif untuk berinteraksi dengan orang lain.
Data Minor
-
DS: Klien mengatakan malas, putus asa, ingin mati
-
DO: Klien malas-malasan, Produktivitas menurun
|
Gangguan konsep diri: HDR
|
2
|
Data Mayor
-
DS: Klien mengatakan malas berinteraksi, mengatakan orang lain tidak mau
menerima dirinya, merasa orang lain tidak selevel.
-
DO: menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain
Data Minor :
-
DS :
Curiga dengan orang lain, mendengar suara/melihat bayangan, merasa tidak
berguna
-
DO: Mematung, mondar-mandir tanpa arah, tidak berinisiatif berhubungan
dengan orang lain.
|
Isolasi Sosial: Menarik diri
|
3
|
Data Mayor
-
DS: Mengungkapkan tak berdaya dan tak ingin hidup lagi
-
DO: Mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas/ kehilangan seseorang
Data Minor
-
DS: Ekspresi Wajah sedih
-
DO: Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
|
Berduka disfungsional
|
B. Rencana
Tindakan Keperawatan
Tujuan
|
|
Pasien
mampu:
-
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
-
Menilai kemampuan yang dapat digunakan
-
Menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
-
Melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
-
Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
|
|
Keluarga
mampu:
-
Merawat pasien dengan harga
diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang
efektif bagi pasien
|
|
Kriteria Evaluasi
|
Intervensi
|
Setelah ….x
pertemuan klien mampu:
- Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki
- Memiliki kemampuan yang dapat
digunakan
- Memilih kegiatan sesuai kemampuan
- Melakukan kegiatan yang sudah
dipilih
- Merencanakan kegiatan yang sudah
dilatih
|
SP I (Tanggal …………………..)
-
Identifikasi kemampuan positif
yang dimiliki.
-
Diskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
-
Beri pujian yang realistis dan
hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
-
Nilai kemampuan yang dapat
dilakukan saat ini.
-
Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini
-
Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien.
-
Perlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
-
Pilih kemampuan yang akan dilatih.
-
Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasienlakukan sehari-hari.
-
Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri.
-
Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga.
-
Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien.
-
Beri contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
-
Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
-
Nilai kemampuan pertama yang
telah dipilih
-
Diskusikan dengan pasien untuk
menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
-
Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
-
Berikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
-
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
-
Beri kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan.
-
Beri pujian atas aktivitas / kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari.
-
Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi dan perubahan sikap.
-
Susun daftar aktivitas yang
sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
-
Berikan kesempatan
mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga mendukung
setiap aktivitas yang dilakukan pasien
|
SP 2 (Tanggal …………………..)
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
- Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
- Latih kemampuan yang dipilih
- Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
|
|
SP 3 (Tanggal …………………..)
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
- Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
- Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
|
|
Setelah ….x pertemuan keluarga mampu :
- Mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien
- Menyediakan fasilitas untuk pasien melakukan kegiatan
- Mendorong pasien melakukan
kegiatan
- Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan
- Membantu melatih pasien
- Membantu menyusun jadwal kegiatan
pasien
- Membantu perkembangan pasien
|
SP 1 (Tanggal …………………..)
-
Identifikasi masalah yang
dirasakan dalam merawat pasien
-
Jelaskan proses terjadinya HDR
-
Jelaskan tentang cara merawat pasien
-
Main peran dalam merawat pasien
HDR
-
Susun RTL keluarga /
jadwal keluarga untuk merawat pasien
|
SP 2 (Tanggal …………………..)
-
Evaluasi kemampuan SP 1
-
Latih keluarga langsung ke pasien
-
Menyusun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
|
|
SP 3 (Tanggal …………………..)
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- RTL keluarga :
Follow Up
Rujukan
|
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses
Keperawatan Jiwa Bogor
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan
Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2000., teori
& tindakan keperawatan Jiwa.Jakarta; Yankes RI Keperawatan Jiwa
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi
1. Jakarta
Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Surabaya; Airlangga University Press.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa. Edisi; 1. Bandung; RSJP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar