Rabu, 16 Agustus 2017

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH (HDR)


LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH (HDR)
DI RSJ Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA





OLEH:
ARIF KURNIAWAN





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2017


TINJAUAN TEORI


A.    Pengertian
    Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
    Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998).
    Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, hilang percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Kelliat, 1998).

B.     Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah:
1.      Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2.      Rasa bersalah terhadap dirinya sendiri (mengkritik/menyalahkan dirinya sendiri)
3.      Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4.      Kurang percaya diri (sukar mengambil keputusan)
5.      Mencederai diri sendiri
6.      Mengkritik dirinya sendiri
7.      Perasaan tidak mampu
8.      Pandangan hidup yang pesimistis
9.      Tidak menerima pujian
10.  Penurunan produktivitas
11.  Penolakan terhadap kemampuan diri
12.  Kurang memperhatikan perawatan diri
13.  Lebih banyak menunduk
14.  Selera makan berkurang
15.  Bicara lambat dengan suara pel
C.      Rentang Respon


Respon Adaptif 
 


 Respon Maladapitf
 








1.      Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses yang dapat diterima.
2.      Konsep diri positif: apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun ynag negatif dari dirinya.
3.      Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa rendah dari orang lain.
4.      Keracunan identitas: kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5.      Depersonalisasi: perasan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

D.    Faktor Predisposisi
1.      Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis.
2.      Faktor yang mempengaruhi penampilan peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan
3.      Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.


E.     Faktor Presipitasi
    Faktor prepitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktifitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1.      Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara situasional bisa disebabkan secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana karena masuk penjara.
2.      Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.

F.     Akibat (Effect)
    Harga diri rendah kronis dapat beresiko terjadinya isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Isolasi sosial dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori.

G.    Teori para ahli mengenai Harga diri rendah
    Peplau dan Sulvian dalam Keliat (1999) mengatakan bahwa pengalaman interpersonal dimasa lalu atau tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia yang tidak menyenangkan, merasa sering dipersalahkan, atau merasa tertekan kelak, akan menimbulkan perasaan aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif dapat menyebabkan harga diri rendah.
    Caplan dalam keliat (1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial, pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak serta tidak dihargai akan mempengaruhi individu. Keadaaan seperti ini dapat menyebabkan strees dan menimbulkan penimpangan perilaku seperti harga diri rendah kronis.

H.    Pohon Masalah

Resiko tinggi perilaku kekerasan
 


                                                                  
Effect                             Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
                                                Isolasi Sosial
                                                                  
Core Problem                   Harga Diri Rendah Kronis

Causa                             Koping Individu Tidak Efektif

                                    Sumber: Fitria (2019)

I.       Mekanisme Koping
    Mekanisme koping termasuk pertahanan koping  jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri yang menyakitkan.
1.       Pertahanan jangka pendek
a.       Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas (misal : bermain musik, bekerja keras, menonton tv)
b.      Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok/geng).
c.       Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri (misalnya olahraga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mensapatkan popularitas)
d.      Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : Penyalahgunaan obat)
2.      Pertahanan jangka panjang
a.       Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu.
b.      Identitas negatif : Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.

J.  Maslah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Harga diri rendah kronik
2.      Koping individu tidak efektif
3.      Isolasi sosial
4.      Perubahan persepsi sensori: halusinasi
5.      Resti prilaku kekerasan
















MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN

A.    Analisa Data

No
Data
Masalah
1
Data Mayor
-          DS: Klien hidup tidak bermakna, tidak memiliki kelebihan           apapun, merasa jelek
-          DO: Kontak mata kurang, tidak berinisiatif untuk berinteraksi dengan orang lain.

Data Minor
-          DS: Klien mengatakan malas, putus asa, ingin mati
-          DO: Klien malas-malasan, Produktivitas menurun
Gangguan konsep diri: HDR

2
Data Mayor
-          DS: Klien mengatakan malas berinteraksi, mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya, merasa orang lain tidak selevel.
-          DO: menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain

Data Minor       :
-          DS : Curiga dengan orang lain, mendengar suara/melihat bayangan, merasa tidak berguna
-          DO: Mematung, mondar-mandir tanpa arah, tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain.

Isolasi Sosial: Menarik diri

3
Data Mayor
-                DS: Mengungkapkan tak berdaya dan tak ingin hidup lagi
-                DO: Mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas/ kehilangan seseorang

Data Minor
-                DS: Ekspresi Wajah sedih
-                DO: Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
Berduka disfungsional


B.     Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan
Pasien mampu:
-           Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
-           Menilai kemampuan yang dapat digunakan
-           Menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
-           Melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
-           Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
Keluarga mampu:
-          Merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif    bagi pasien

Kriteria Evaluasi
Intervensi
Setelah ….x pertemuan klien mampu:
-       Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki
-       Memiliki kemampuan yang dapat digunakan
-       Memilih kegiatan sesuai kemampuan
-       Melakukan kegiatan yang sudah dipilih
-       Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
SP I (Tanggal …………………..)
-        Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki.
-        Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
-        Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
-        Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini.
-        Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini
-        Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
-        Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
-        Pilih kemampuan yang akan dilatih.
-        Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasienlakukan sehari-hari.
-        Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri.
-        Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga.
-        Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
-        Beri contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
-        Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
-        Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
-        Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
-        Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien.
-        Berikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan pasien.
-        Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
-        Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan.
-        Beri pujian atas aktivitas / kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
-        Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan sikap.
-        Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
-        Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien
SP 2 (Tanggal …………………..)
-       Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
-       Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
-       Latih kemampuan yang dipilih
-       Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3 (Tanggal …………………..)
-       Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
-       Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
-       Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah ….x pertemuan keluarga mampu :
-      Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
-      Menyediakan fasilitas untuk pasien melakukan kegiatan
-      Mendorong pasien melakukan kegiatan
-      Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan
-      Membantu melatih pasien
-      Membantu menyusun jadwal kegiatan pasien
-      Membantu perkembangan pasien
SP 1 (Tanggal …………………..)
-        Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
-        Jelaskan proses terjadinya HDR
-        Jelaskan tentang cara merawat pasien
-        Main peran dalam merawat pasien HDR
-         Susun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 2 (Tanggal …………………..)
-        Evaluasi kemampuan SP 1
-        Latih keluarga langsung ke pasien
-        Menyusun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 3 (Tanggal …………………..)
-       Evaluasi kemampuan keluarga
-       Evaluasi kemampuan pasien
-       RTL keluarga :
     Follow Up
     Rujukan

















DAFTAR PUSTAKA


Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa Bogor
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2000., teori & tindakan keperawatan Jiwa.Jakarta; Yankes RI Keperawatan Jiwa
Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta
Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya; Airlangga University Press.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi; 1. Bandung; RSJP





Tidak ada komentar:

Posting Komentar