LAPORAN PENDAHULUAN
THALASEMIA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Stase
Anak Program Profesi Ners
Stikes Bina Putera Banjar
OLEH:
ARIF KURNIAWAN
4012170041
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit thalasemia merupakan kelainan genetik tersering di dunia. Kelainan ini terutama ditemukan di kawasan Mediterania, Afrika dan Asia Tenggara dengan frekwensi sebagai pembawa gen sekitar 5 30% (Martin, Foote & Carson, 2004). Prevalensi carrier thalasemia di Indonesia mencapai sekitar 38%, sampai bulan Maret 2009 kasus thalasemia di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 8,3% dari 3653 kasus yang tercatat di tahun 2006 (Wahyuni, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Perhimpunan Yayasan Thalasemia Indonesia tercatat hingga Juni 2008, di RSCM telah merawat 1.433 pasien. Sejak 2006 sampai 2008 rata-rata pasien baru thalasemia meningkat sekitar 8%, dan diperkirakan banyak kasus yang tidak terdeteksi, sehingga penyakit ini telah menjadi penyakit yang membutuhkan penanganan yang serius (Yayasan Thalassemia Indonesia, 2009).
Pasien thalasemia mengalami perubahan secara fisik dan psikososial. Perubahan secara fisik antara lain mengalami anemia yang bersifat kronik yang menyebabkan pasien mengalami hypoxia, sakit kepala, irritable, anorexia, nyeri dada dan tulang serta intoleran aktivitas. Pasien thalasemia juga mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan reproduksi (Hockenberry & Wilson, 2007). Perubahan yang terjadi secara fisik tersebut juga berdampak secara psikososial pada pasien.
Pasien thalasemia merasa berbeda dengan kelompoknya, pasien merasa terbatas aktifitasnya, mengalami isolasi sosial, rendah diri serta merasa cemas dengan kondisi sakit dan efek lanjut yang mungkin timbul (Hockenberry&Wilson,2007), sehingga untuk meminimalkan dampak baik secara fisik maupun psikologis di butuhkan penatalaksanaan yang tepat untuk pasien thalasemia. Keberhasilan penanganan thalasemia terletak pada keberhasilan mengatasi dampak anemi.Tanpa penatalaksanaan yang baik, penderita thalasemia sulit mencapai usia di atas 20 tahun, 71% kerusakan organ karena akumulasi zat besi (Wahyuni, 2009).
Tujuan
Tujuan Umum : Untuk membantu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan keluarga yang tepat pada Thalasemia pada anak secara komprehensif.
Tujuan khusus :
Mampu memahami konsep Thalasemia pada anak seperti pengertian, anatomi dan fisiologi, klarifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan, dan terapi.
Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Metode Penulisan
Dalam makalah ini, kami menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti studi perpustakaan, merupakan cara pengambilan data dengan mengumpulkan data-data yang bersumber dari literatur-literatur atau buku-buku penunjang.
Sistematika Penulisan
Guna mempermudah pemahaman makalah ini, maka penulis menyusun sistematika penulisannya, yang terdiri atas 4 Bab, yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode dan sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Teoritis
Membahas mengenai pengertian, anatomi dan fisiologi, klarifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan terapi.
BAB III : Asuhan Keperawatan Keluarga pada Thalasemia pada anak
BAB IV : Kesimpulan dan Saran
Penutup yang menguraikan kesimpulan, saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Anatomi dan Fisiologi
Pembentukkan Hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai dalam eritroblast dan terus berlangsung sampai tingkat normoblast dan retikulosit. Dari penyelidikan dengan isotop diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asetat dan glisin dan sebagian besar sintesis ini terjadi dalam mitokondria. Langkah awal sintesis adalah pembentukan senyawa pirol. Selanjutnya, empat senyawa pirol bersatu membentuk senyawa protoporfirin, yang kemudian berikatan dengan membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem berikatan dengan satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom reticulum endoplasma, membentuk hemoglobin. Hemoglobin mempunyai berat molekul 64.458.
Ikatan hemoglobin dengan oksigen. Gambaran yang paling penting dari molekul hemoglobin adalah kemampuannya mengikat oksigen dengan lemah dan secara irreversibel. Fungsi primer hemoglobin dalam tubuh tergantung pada kemampuannya untuk berikatan dengan oksigen dalam paru-paru dan kemudian mudah melepaskan oksigen ini ke kapiler jaringan tempat tekanan gas oksigen jauh lebih rendah dalam paru-paru. Oksigen tidak berikatan dengan besi ferro yang bervalensi positif dua dalam molekul hemoglobin. Tetapi ia berikatan lemah dengan salah satu enam koordinasi dari atom besi. Ikatan ini sangat lemah sehingga ikatan ini mudah sekali reversible (Nursalam, 2005).
Didalam sumsum tulang juga dibuat protein. Hemoglobin, suatu bahan yang penting sekali dalam eritrosit juga dibentuk dalam sumsum tulang. Hemoglobin ini dibentuk dari hem dan globin. Hem sendiri terdiri dari empat struktur pirol dengan atom Fe ditngahnya, sedangkan globin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida.
Jenis hemoglobin normal yang ditemukan pada manusia ialah Hb A yang kadarnya kira-kira 98 % dari keseluruhan hemoglobin, Hb F yang kadarnya tidak lebih dari 2% pada anak berumur lebih dari 1 tahun dan Hb A2 yang kadarnya tidak lebih dari 3%. Pada anak baru lahir kadar Hb F masih sangat tinggi yaitu kira-kira 90% dari seluruh hemoglobin anak tersebut. Pada perkembangan selanjutnya kadar Hb F ini akan berkurang hingga pada umur 1 tahun kadarnya tidak lebih dari 2%.
Rantai polipeptida Hb A terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta. Hb F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Hb A2 terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Oleh karena itu jenis hemoglobin tersebut diberi tanda sbb : Hb A= µ 2 b2; Hb F=µ2 d2 dan Hb A2=µ2 d2. Rantai alfa mempunyai 141 asam amino sedangkan rantai beta dan gamma mempunyai 146 asam amino (wong, 2008).
Metabolisme Besi
Karena besi penting bagi pembentukan hemoglobin, mioglobin dalam otot, dan zat-zat ini perlu mengetahui cara-cara besi digunakan dalam tubuh. Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata sekitar 4 gram, kira-kira 65 % diantaranya dalm bentuk hemoglobin. Sekitar 4% terdapat dalam bentuk mioglobin, 1% dalam bentuk berbagai senyawa hem yang mengawasi oksidasi intrasel, 0,1% berikatan dengan protein transferin dalam plasma darah, dan sampai 30% terutama disimpan dalam hati dalam bentuk ferritin.
Transpor dan penyimpanan besi
Bila besi diabsorpsi dari usus halus, segera ia berikatan dengan globulin, transferin, dan ditranspor dalam bentu ikatan ini didalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globulin dan akibatnya dapat dilepaskan kesetiap sel jaringan dan pada setiap tempat dalam tubuh. Kelebihan besi dalam darah ditimbun khususnya dalam sel hati, tempat sekitar 60% besi yang berlebihan disimpan. Disini besi berikatan dengan protein apoferritin, untuk membentuk ferritin. Apoferritin mempunyai berat molekul kira-kira 460 ribu dalam berbagai kuantitas besi, dalam kelompokkan rantai besi dapat berikatan dengan molekul yang lebih besar. Oleh karena itu, ferritin dapat mengandung besi dalam jumlah sedikit atau dalam jumlah yang relatif besar. Bila jumlah besi dalam plasma turun sangat rendah, besi dikeluarkan dari ferritin dengan mudah sekali. Besi kemudian ditranspor kebagian-bagian tubuh yang memerlukan. Bila sel darah merah telah mencapai masa hidupnya dan dihancurkan, hemoglobin yang dikeluarkan dari sel dicerna oleh sel-sel retikuloendotel. Disini dikeluarkan besi bebas, dan besi ini kemudian dapat disimpan dalam pangkalan ferritin atau dipakai kembali untuk pembentukan hemoglobin.
Absorbsi besi dari saluran pencernaan
Besi diabsorbsi hampir seluruhnya dalam usus halus bagian atas, terutama dalam duodenum. Besi diabsorbsi dengan proses absorbsi aktif, walaupun mekanisme absorbsi aktif yang sebenarnya tidak diketahui.
Pengaturan besi total tubuh dengan perubahan kecepatan absorbsi.
Bila pada hakekatnya semua apoferritin tubuh telah menjadi jenuh dengan besi, maka sulit transferring darah melepaskan besi kejaringan. Sebagai akibatnya, transferring yang normalnya hanya jenuh sepertiganya dengan besi, sekarang hampir seluruhnya terikat dengan besi dan akan hampir tak menerima besi baru dari sel mukosa usus. Kemudian sebagai stadium akhir proses ini, pembentukan kelebihan besi dalam sel mukosa sendiri menekan absorbsi besi aktif dari lumen usus dan pada waktu yang sama sedikit meningkatkan ekskresi besi dari mukosa.
Definisi
Menurut Ngastiyah (2005), Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (< 100 hari).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor, dan minor (Mansjoer, 2000).
Thalasemia adalah penyakit kecacatan darah. Thalassaemia merupakan keadaan yang diwarisi, yaitu diwariskan dari keluarga kepada anak. Kecacatan gen menyebabkan hemoglobin dalam sel darah merah menjadi tidak normal. Mereka yang mempunyai penyakit Thalasemia tidak dapat menghasilkan hemoglobin yang mencukupi dalam darah mereka. Hemoglobin adalah bahagian sel darah merah yang mengangkut oksigen daripada paru-paru keseluruh tubuh. Semua jaringan tubuh manusia memerlukan oksigen. Akibat kekurangan sel darah merah yang normal akan menyebabkan individu kelihatan pucat karena kadar hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia) (Wong, 2008).
Thalasemia adalah suatu penyakit congenital hrediter yang diturunkan secara autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, dimana satu atau rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik. Dengan kata lain thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb (Nursalam,2005).
Etiologi
Menurut Ngastiyah (2005), etiologi dari Thalasemia diklasifikasikan dalam dua tipe utama yaitu:
Thalasemia Mayor (Thalasemia ( homozigot) adalah thalasemia yang menyebabkan seorang anak tidak dapat menghasilkan hemoglobin ( normal. Pada sebagian besar anak, gejala thalasemia tidak tampak pada saat masih dalam janin. Namun pada saat anak mencapai usia setengah tahun pertama hemoglobinnya diganti oleh hemoglobin dewasa. Penyakit ini mengakibatkan hipertrofi sumsum tulang, hemosiderosis ( deposit besi yang berlebihan pada jaringan tubuh), dan dekompensasi jantung yang dapat menyebabkan masalah serius. Prognosis untuk penyakit tingkat sedang biasanya membaik, tetapi kebanyakan anak dengan penyakit ini meninggal karena gagal jantung pada masa remaja atau masa dewasa muda.
Thalasemia Minor (Thalasemia ( heterozigot) adalah anemia yang menyebabkan anak menghasilkan baik hemoglobin beta defektif maupun hemoglobin normal. Gangguan ini adalah bentuk anemia minor dan tidak memerlukan penanganan.
Tanda dan Gejala
Ngastiyah (2005), menyebutkan tanda dan gejala dari thalasemia yaitu:
Kelesuan
Bibir, lidah, tangan, kaki dan bahagian lain berwarna pucat.
Sesak nafas.
Hilang selera makan dan bengkak di bagian abdomen. hemoglobin yang rendah yaitu kurang daripada 10g/dl.
Gejala thalasemia mayor terlihat sejak umur dari 1 tahun. Gejala yang tampak yaitu:
anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur seperti berat badan dan tinggi badan kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit, karena adanya pembesaran limfa dan hati yang diraba. Adanya pembesaran hati dan limfa tersebut mempengaruhi gerak sipasien karena kemampuannya terbatas. Limfa yang membesar ini akan mudah rupture karena trauma ringan saja.
Bentuk muka yang mongoloid, hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan perkembangan ketulang muka dan tengkorak, gambaran radiologis tulang memperhatikan medulla yang lebar korteks tipis dan trabekula besar.
Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan jika pasien telah sering mendapatkan transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit. Penimbunan besi (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limfa, jantung akan mengakibatkan gangguan faal alat-alat tersebut (hemokromatosis).
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.
Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.
Bedah
Dilakukan Splenektomi, dengan indikasi:
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya rupture.
Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.
Suportif
Dilakukan transfusi darah : Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)
Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi.
Terapi
Menurut Wong (2008) terapi yang diberikan pada anak dengan thalasemia adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang. Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.
Antibiotik untuk pencegahan infeksi pasca operasi
Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri pasca operasi
Terapi pemberian makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh anak
Pemberian cairan tambahan untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada anak.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada pasien dengan thalasemia (Ngastiyah. 2005):
Darah tepi : Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target.
Retikulosit meningkat.
Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
Pemeriksaan lain :
Foto Rontgen tulang kepala : hasilnya adalah gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : hasilnya adalah perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Pada Keluarga dengan Thalasemia
Pengkajian
Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
Nama kepala keluarga (KK) :-
Umur : -
Alamat dan telephone : -
Pekerjaan kepala keluarga : -
Pendidikan kepala keluarga : -
Komposisi keluarga dan Genogram (Genogram keluarga dalam tiga generasi) :
Tabel 1. Komposisi Keluarga
No
Nama
Jenis Kelamin
Hub. Dengan Keluarga
Tempat, tanggal Lahir/Umur
Pekerjaan
1.
2.
3.
4.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Pernikahan
: Perempuan
: Meningal : Garis keturunan
: Tinggal dalam satu rumah : Carier
: Klien
Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. A adalah keluarga inti (nuclear family). Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.
Latar Belakang Budaya (Etnis)
Keluarga Tn. A berasal dari Sunda (Kota Bandung). Bpk. A dan keluarga tinggal pada wilayah yang kebanyakan masyarakatnya bersuku Sunda.
Keluarga Tn. A tinggal pada wilayah yang kebanyakan masyarakatnya bersuku Sunda.
Terdapat kegiatankegiatan keagamaan seperti pengajian.
Tn. A dan keluarga seharihari menggunakan pakaian yang sopan, terkadang menggunakan busana Muslim jika ada acara resmi.
Struktur kekuasaan keluarga pada keluarga Tn. A termasuk struktur yang modern (sah/primer), yaitu kekuasaan yang merujuk kepada kesepakatan dan persamaan persepsi terhadap seseorang untuk mengontrol suatu anggota keluarga yang lain.
Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Tn.A dan keluarga di rumah adalah bahasa Sunda.
Tn. A dan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan seperti mengunjungi Poskesdes dan Puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya.
Identifikasi Religius
Tn. A dan keluarga tidak berbeda dalam praktik keyakinan beragama. Keluarga Tn. A cukup aktif terlibat dalam kegiatan agama, terkadang setiap hari Jumat Ibu ikut pengajian. Tn. A dan keluarga menganut agama Islam dan selalu menjalankan ibadah Shalat 5 waktu. Tn. A dan keluarga meyakini bahwa sehat sakitnya seseorang ditentukan oleh yang diatas (Allah SWT).
Status Sosial dan Ekonomi
Bila dilihat dari keadaan atau situasi rumah status sosial ekonomi keluarga Tn. A termasuk ke dalam status ekonomi menengah kebawah. Pengeluaran keluarga Tn. A setiap bulan tidak menentu, hal ini dikarenakan banyak kebutuhan untuk keperluan sehari-hari (makan, dan keperluan rumah tangga yang lainnya) serta keperluan pengobatan dirinya. Istri Tn. A bertindak sebagai pengatur keuangan dalam keluarganya, karena Tn. A sakit.
Aktivitas Rekreasi Keluarga atau Waktu Luang
Tn. A dan keluarga biasa melakukan rekreasi kerumah saja. Tetapi setelah Tn. A sakit, hanya berdiam di rumah saja jarang rekreasi ke luar kota. Selain itu, Tn. A dan keluarga melewati waktu luang dengan berkumpul pada siang dan sore hari.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Keluarga Tn. A mempunyai 2 orang anak laki laki. Satu anaknya Tn. A sudah bersekolah dan 1 anaknya lagi yang pra sekolah sedang menjalankan pengobatan. Jadi tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak usia sekolah.
Keluarga saat ini sudah memenuhi tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
Tugas perkembangan keluarga Tn. A adalah tahap III, menurut Duval dan Miller (1985) yaitu keluarga dengan anak usia sekolah dengan tugas perkembangan keluarga antara lain mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat; mempertahankan hubungan perkawinan yang memusakan; dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
Tn. A akhir-akhir ini sering khawatir dengan kondisi anak keduanya dengan penyakit thalasemia.
Data Lingkungan
Karakterisktik Rumah
Tipe Tempat Tinggal : Tidak ada data
Denah Rumah :Tidak ada data
Ventilasi dan Pencahayaan : Tidak ada data
Dapur : Tidak ada data
Pengaturan Tidur di Dalam Rumah : Tidak ada data
Kamar Mandi : Tidak ada data
Keadaan Umum Kebersihan dan Sanitasi Rumah:Tidak ada data
Perasaan Subjektif Keluarga terhadap Rumah: Tidak ada data
Pengaturan Privasi : Tidak ada data
Pembuangan Sampah : Tidak ada data
Perasaan Keluarga
Tn A merasa bangga dengan kedua anaknya karena dapat mandiri, serta dapat meerima dengan kondisi keluarga dan bisa mendidik anaknya namun Tn. A merasa cemas dan khawatir dengan kondisi anak keduanya.
Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas :Tidak ada data
Mobilitas Geografis Keluarga : Tidak ada data
Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas Kesehatan dalam Komunitas: Tn A akhir-akhir ini sering ke rumah sakit untuk melakukan transfusi darah untuk anak keduanya.
Sistem Pendukung Keluarga : Tidak ada data
Struktur Keluarga
Pola-Pola Komunikasi : Tidak ada data
Struktur Kekuasaan : Tidak ada data
Struktur Peran : Tidak ada data
Struktur Nilai-Nilai Keluarga : Tidak ada data
Fungsi Keluarga
Fungsi Afektif
Anggota keluarga Tn. A bisa merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarganya. Keluarga Tn. A mampu menggambarkan kebutuhan psikologis anak. Anggota keluarga sangat menghormati adanya kebutuhan-kebutuhan/ keinginan-keinginan yang berbeda dan keluarga saling menghormati satu sama lain, termasuk kebutuhan anak kedua mereka yang membutuhkan transfusi darah terus-menerus.
Fungsi Sosialisasi
Adanya otonom dan saling ketergantungan setiap anggota dalam keluarga. Yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi adalah orang tua yang dipikul bersama yang dipengaruhi juga oleh budaya.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga
Keluarga menganggap bahwa kesehatan adalah yang paling utama. Tn. A jarang membawa anak mereka untuk berobat kecuali kondisi anak sudah memerlukan transfusi secepatnya.
Praktik diet keluarga : Tidak ada data
Kebiasaan tidur dan istirahat : Tidak ada data
Latihan dan rekreasi : Tidak ada data
Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga
Tn. A biasanya memberikan obat-obatan warung jika ada anggota keluarga yang sakit.
Peran keluarga dalam praktek perawatan diri
Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Bila ada anggota keluarga yang dirawat dirumah, maka Ny. A yang merawatnya.
Praktik lingkungan : Tidak ada data
Riwayat kesehatan keluarga
Tn. A mempunyai riwayat thalasemia dalam keluarganya.
Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan yang dimanfaatkan
Tn. A membawa anak mereka untuk transfusi ke RS.
Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan perawatan kesehatan: Tidak ada data
Pelayanan kesehatan darurat : Tidak ada data
Sumber pembiayaan : Tidak ada data
Fasilitas transportasi keluarga untuk perawatan kesehatan
Tidak ada data
Fungsi Reproduksi
Tn A memiliki istri dan 2 orang anak, berusia sekolah dan presekolah.
Stress dan Koping Keluarga
Stressor Jangka Panjang
Keluarga mempunyai stressor yang berkepanjangan yaitu bagaimana pembiayaan anak dengan thalasemia dalam hal transfusi darah.
Stressor Jangka Pendek : Tidak ada data
Kemampuan Keluarga Terhadap Stressor
Sebagai kepala keluarga Tn. A sangat mengkhawatirkan kondisi anak mereka. Tn. A khawatir tidak mampu lagi membiayai pengobatan anak mereka. Tn A berharap kalau anak pertama mereka tidak terkena penyakit yang sama dengan anak kedua mereka.
Strategi Koping yang Digunakan
Keluarga selalu membicarakan masalah kepada orang terdekat di keluarga, terkadang melibatkan keluarga terdekat untuk mengambil keputusan yang terbaik baik bagi keluarga, dan selalu berdoa kepada Tuhan.
Strategi adaptasi disfungsional : Tidak ada data
Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan : Tidak ada data
Pengkajian Fisik Keluarga : Tidak ada data
Analisa Data
No
Data
Diagnosa keperawatan
1
Data Subjektif :
Keluarga mengatakan biaya pengobatan anaknya mahal
Keluarga mengatakan pendapatan keluarga tidak memadai
Keluarga mengatakan pengobatan anaknya harus dilakukan secara terus-menerus.
Keluarga mengatakan belum menemukan solusi untuk mendapatkan bantuan pinjaman untuk pengobatan anak Tn. A
Data Objektif:
Keluarga tampak kebingungan, cemas dengan keadaan perekonomian keluarganya
Keluarga tampak berdiskusi dengan anggota keluarga yang lainnya untuk menemukan solusi mengenai biaya pengobatan anak Tn.
Gangguan stabilitas ekonomi pada keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga membiayai pengobatan anak Tn. A
2
Data Subjektif:
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menjaga anak Tn. A pada saat anggota keluarga yang lain bekerja
Keluarga mengatakan anak Tn. A tidak dapat melakukan aktivitasknya secara mandiri
Keluarga mengatakan belum menemukan siapa yang dapat menjaga anaknya pada saat mereka bekerja
Data Objektif:
Keluarga tampak cemas dan khawatir dengan keadaan anak A
Keluarga tampak bertanya-tanya tentang situasi yang dihadapi
Resiko cedera pada anak Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan thalasemia.
3
Data Subjektif:
Keluarga mengatakan bahwa mereka berusaha mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan oleh anaknya
Keluarga mengatakan ingin memberikan pengobatan yang terbaik untuk anaknya
Keluarga mengatakan bahwa akses ke pelayanan kesehatan cukup dekat
Data Objektif:
Keluarga tampak mengerti dengan apa yang diperlukan dalam peningkatan kesehatan anaknya
Keluarga tampak tenang saat mengetahui pentingnya perawatan anak A dalam peningkatan kesehatannya.
Potensial peningkatan kemampuan keluarga Tn. A dalam meningkatkan kesehatan anak A
PRIORITAS MASALAH
MASALAH KEPERAWATAN
KRITERIA
BOBOT
PEMBENARAN
Gangguan stabilitas ekonomi pada keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga membiayai pengobatan anak Tn. A
Sifat Masalah :
Actual
3/3X1=1
Merupakan permasalahan yang actual,nyata dirasakan keluarga
Kemungkinan diubah : Sebagian
1/2X2=1
Keluarga melakukan pinjaman kepada keluarga yang lain dan mengajukan keterangan tidak mampu kepada RW setempat.
Potensi untuk dicegah: tinggi
3/3X1=1
Potensi masalah untuk dicegah tinggi karena keluarga dapat sesegera mungkin mencari solusi yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan biaya pengobatan anak A.
Menonjolnya Masalah : Masalah berat harus segera ditangani
2/2X1= 2/2 (1)
Masalah yang dihadapi keluarga harus segera dicari solusinya untuk memberikan perawatan yang terbaik bagi anak A.
Total Skore
4
MASALAH KEPERAWATAN
KRITERIA
BOBOT
PEMBENARAN
Resiko cedera pada anak Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan thalasemia
Sifat Masalah :
Resiko
2/3X1=0,6
Merupakan suatu keadaan yang beresiko menimbulkan cedera bagi anak A
Kemungkinan diubah : sebagian
1/2X2=1
Bila keluarga segera menemukan anggota keluarga yang dapat menjaga anak A maka masalah bias diatasi, namun bila ada bias menjadi masalah yang berdampak serius bagi anak A.
Potensi untuk dicegah : tinggi
3/3X1=1
Potensi masalah untuk dicegah tinggi karena yang dibutuhkan oleh keluarga adalah adanya anggota keluarga yang bersedia untuk berganti peran dalam menjaga anak A.
Menonjolnya Masalah : segera diatasi
2/2X1= 1
Masalah perlu segera diatasi untuk menghindarkan resiko cedera pada anak A atau resiko lain yang mungkin terjadi bilamana masalah tidak segera diatasi.
Total Skore
3,6
MASALAH KEPERAWATAN
KRITERIA
BOBOT
PEMBENARAN
Potensial peningkatan kemampuan keluarga Tn. A dalam meningkatkan kesehatan anak A
Sifat Masalah : potensial
1/3X1=1/3 (0,3)
Keluarga dalam keadaan sejahtera
Kemungkinan diubah : mudah
2/2X2=2
Masalah yang dihadapi mudah diatasi.
Potensi untuk dicegah : tinggi
3/3X1=1
Potensi masalah dapat dicegah tinggi karena tidak ada perilaku maladaptive yang terjadi.
Menonjolnya Masalah : tidak dirasakan adanya masalah
0/2X1= 0
Keluarga mengatakan belum menemukan solusi yang tepat saat ini
Total Skore
3,3
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan stabilitas ekonomi pada keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga membiayai pengobatan anak Tn. A
Resiko cedera pada anak Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan thalasemia
Potensial peningkatan kemampuan keluarga Tn. A dalam meningkatkan kesehatan anak A
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
DIAGNOSA
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
STANDAR EVALUASI
RENCANA INTERVENSI
1
Gangguan stabilitas ekonomi pada keluarga Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga membiayai pengobatan anak Tn. A
Tujuan umum :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 minggu diharapkan ekonomi keluarga dapat diatasi.
Tujuan khusus :
Setelah pertemuan 5x30 menit, keluarga mampu :
Mengenal masalah ekonomi keluarga dengan :
Menggali masalah ekonomi yang dihadapi keluarga
Menjelaskan pentingnya peran anggota keluarga lain
Respon verbal
Respon verbal
Masalah ekonomi adalah setiap permasalahan yang berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran dalam keluarga
Menyebutkan peran dan fungsi keluarga, baik keluarga inti maupun anggota keluarga lainnya dalam mendukung penyelesaian masalah yang terjadi dalam keluarga
Diskusikan dengan keluarga mengenai permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi.
Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan setiap permasalahan yang dihadapi
Diskusikan dengan keluarga pentingnya peran masing-masing anggota keluarga dan keluarga lainnya
Anjurkan keluarga untuk mengadakan pertemuan keluarga secara rutin untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi dalam keluarga.
Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga :
Menjelaskan akibat yang terjadi bila masalah ekonomi tidak diatasi
Mengambil keputusan untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi agar tidak berdampak lebih buruk bagi keluarga
Respon verbal
Respon verbal
Menyebutkan akibat bila keluarga tidak segera mengambil keputusan sehubungan dengan masalah yang dihadapi
Keputusan keluarga untuk mengatasi permasalahan ekonomi agar tidak bertambah berat
Identifikasi akibat dari masalah ekonomi yang tidak segera diatasi
Motivasi keluarga untuk mengungkapkan hambatan yang dialami sehingga belum dapat diambil keputusan sehubungan dengan masalah yang dihadapi.
Diskusikan dengan keluarga tentang permasalahan yang sedang dihadapi dan keputusan terbaik yang seharusnya diambil.
Gali pendapat keluarga mengenai keputusan yang akan diambil
Motivasi keluarga untuk pengambilan keputusan yang memberikan dampak positif bagi semua pihak
Keluarga berikut masalah ekonomi yang dihadapi:
Menjelaskan tindakan yang dapat dilakukan untuk merawat keluarga dengan pendapatan yang dimiliki
Mengajarkan cara menyusun anggaran pendapatan dan pengeluaran keluarga
Respon verbal
Respon psikomotor
Tindakan yang dapat dilakukan dalam merawat keluarga dengan stabilitas ekonomi yang terganggu :
Membuat catatan keuangan keluarga, pendapatan keluarga dan pengeluaran keluarga untuk meminimalkan pengeluaran yang tidak penting
Mencatat kebutuhan apa saja yang membutuhkan prioritas utama
Memberikan perawatan yang sesuai dengan kemampuan keluarga
Mendatangi fasilitas kesehatan yang dianggap dapat menjembatani permasalahan ekonomi yang dihadapi keluarga
Keluarga mendemonstrasikan penyusunan anggaran pendapatan dan pengeluaran keluarga dalam rangka meminimalkan anggaran yang tidak perlu dan lebih diperuntukkan untuk kebutuhan perawatan anak A dalam pengobatannya
Gali pengetahuan keluarga mengenai fasilitas kesehatan mana saja yang sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga.
Diskusikan dengan keluarga perawatan apa saja yang dapat dilakukan oleh keluarga dan sesuai dengan pendapatan keluarga.
Diskusikan dengan keluarga setiap pengeluaran yang dilakukan dan menyusun prioritas utama yang perlu dilakukan oleh keluarga
Demonstrasikan cara penyusunan anggaran keuangan keluarga yang sesuai dengan kebutuhan keluarga
Motivasi keluarga untuk redemonstrasi
Beri pujian positif atas upaya yang telah dilakukan keluarga dalam penyusunan anggaran
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam menghadapi masalah ekonomi
Respon verbal
Menciptakan situasi keluarga yang kondusif dan memungkinkan untuk terjadinya komunikasi dua arah untuk penyelesaian
Diskusikan dengan keluarga tentang situasi yang dihadapi dan lakukan komunikasi yang intens supaya hasil diskusi dapat dilakukan secara efektif.
Keluarga mampu mmemanfaatkan pelayanan kesehatan walaupun dengan pendapatan yang dimiliki keluarga kurang :
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
Respon verbal
Respon psikomotor
Menjelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yang sesuai dengan pendapatan keluarga
Keluarga mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh anaknya, yang sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga
Kaji kembali pengetahuan keluarga tentang pentingnya pemanfaatan fasilitas kesehatan
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan
Anjurkan keluarga untuk periksa ke pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan keluarga
Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjungi fasilitas kesehatan
2
Resiko cedera pada anak Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan thalasemia
Tujuan umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 minggu diharapkan resiko cedera tidak terjadi lagi
Tujuan khusus :
Setelah pertemuan 6x45 menit, keluarga mampu :
Mengenal masalah resiko cedera dengan :
Menjelaskan apa yang dimaksud dengan cedera
Menjelaskan macam-macam cedera
Respon verbal
Respon verbal
Cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
Menyebutkan 4 macam dari cedera : luka bakar, luka patah tulang, luka pada kulit/perdarahan, luka memar/kebiruan
Diskusikan dengan keluarga mengenai pengertian cedera
Anjurkan keluarga untuk mengulang kembali pengertian cedera
Diskusikan berbagai macam cedera yang biasanya terjadi
Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali macam-macam cedera yang dapat terjadi
Beri reiforcement positif kepada keluarga
Mengambil keputusan untuk menghindari terjadinya cedera:
Menjelaskan akibat yang terjadi bila resiko cedera tidak diatasi
Mengambil keputusan untuk mencegah resiko cedera
Respon verbal
Respon verbal
Menyebutkan akibat bila resiko cedera tidak diatasi seperti : perdarahan sampai resiko kematian
Keputusan keluarga untuk mengatasi resiko cedera untuk menghindari kecacatan atau kecelakaan pada anak
Identifikasi akibat resiko cedera yang pernah dialami
Motivasi keluarga untuk memberikan dukungan kepada anak A supaya terhindar dari cedera
Diskusikan dengan keluarga tentang resiko cedera yang mungkin terjadi
Gali pendapat keluarga bagaimana menghindari terjadinya cedera
Beri kesempatan keluarga untuk mengungkapkan pendapatnya
Beri reinforcement atas keputusan yang diambil keluarga
Merawat keluarga yang sakit :
Menjelaskan cara perawatan anak dengan sakit thalasemia
Mendemonstrasikan cara perawatan anak dengan thalasemia
Respon verbal
Respon psikomotor
Cara perawatan anak dengan anak thalasemia :
Terapi pemberian makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh
Melakukan transfusi darah secara rutin
Keluarga dapat mendemonstrasikan bagaiman menyiapkan menu seimbang bagi anak A dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi anak A supaya menghindarkan anak dari akibat kelemahan fisik dan memperparah kondisi kesehatannya.
Gali pengetahuan keluarga dalam memberikan terapi yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan nutrisi anak
Diskusikan dengan keluarga mengenai jadwal rutin membawa anak A untuk melakukan transfusi darah
Motivasi keluarga untuk mengungkapkan setiap kecemasan yang dialami sehubungan dengan perawatan anak A
Berikan informasi yang dibutuhkan oleh keluarga mengenai perawatan anak A.
Demonstrasikan bagaimana membuat menu seimbang sehari-hari
Motivasi keluarga untuk redemonstrasi
Beri pujian positif atas upaya keluarga dalam menyusun menu seimbang bagi anak A
Berikan beberapa menu pilihan yang bervariasi untuk menghindarkan kebosanan
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam menghindari resiko cedera
Respon verbal
Menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi anak A, suasana rumah yang tenang dengan komunikasi yang terbuka, sehingga senantiasa mengetahui perkembangan yang dilalui oleh anak A
Diskusikan dengan keluarga tentang setting ruangan di rumah
Beri kesempatan pada anak A untuk mengungkapkan harapan dan keinginannya
Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal yang perlu diketahui dan perlu diubah untuk memodifikasi lingkungan supaya lebih kondusif.
Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan bila cedera terjadi
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Respon verbal
Respon psikomotor
Menjelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi cedera bila terjadi
Kunjungan keluarga ke fasilitas kesehatan bila cedera terjadi lebih dari satu kali dalam seminggu
Kaji kembali pengetahuan keluarga mengenai pentingnya memanfaatkan fasilitas kesehatan
Diskusikan dengan keluarga bagaimana mengakses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan bila terjadi cedera
Anjurkan keluarga untuk segera memerikasakan ke pelayanan kesehatan bila cedera terjadi lebih dari 3 kali dalam seminggu atau frekuensi sering.
Tanyakan perasaan keluarga bilamana anak A mengalami cedera
Tanyakan kepada keluarga sejauh mana pentingnya memanfaatkan pelayanan kesehatan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari) penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb.
Secara klinis thalasemia dibagi menjadi dua golongan yaitu :
Thalasemia minor
Thalasemia minor merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan gen thalasemia tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda thalasemia atau pembawa.
Thalasemia major
Thalasemia major merujuk kepada mereka yang mempunyai baka thalasemia sepenuhnya dan menunjukkan tanda-tanda thalasemia.
Selama masa kehamilan hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya resiko thalasemia apabila diduga adanya faktor resiko hendaknya ibu diberitahukan adanya faktor resiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir sehingga ibu harus memeriksakan secara rutin kehamilannya ke dokter. Dan pada anak yang terjangkit penyakit thalasemia akan terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya sehingga anak lebih diberikan banyak istirahat mengurangi aktivitas yang mudah membuat lelah.
Saran
Bagi perawat keluarga
Diharapkan bagi perawat keluarga dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sehingga 5 tugas keluarga dapat tercapai.
Bagi orangtua
Diharapkan orangtua mendapatkan informasi yang lengkap mengenai kondisi yang dialami anak sehingga dapat mengurangi kecemasan dan mengetahui penanganan yang tepat dalam mendampingi anak dengan kondisi thalasemia.
Daftar Pustaka
Hockenberry,M.J. & Wilson, D.2009. Phildelphia: Mosby Elseiver. Wong’s Esensials of Pediatric Nursing.
Martin,M.B., Foote,D.& Carson,S. 2004. Help your patiens meet the challenges of β Thalassemia major, di unduh dari www.nursing2004.com. Tanggal 23 Oktober 2012 Pukul 11.22 WIB
Nanda.2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC
Ngastiyah.2005.Perawatan anak sakit edisi II. Jakarta: EGC
Nursalam.2005. Asuhan Keperawatan bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Subekti,et al.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga: Konsep dan Proses. Malang: Buntara Media
Wahyuni,S.(2009). Thalasemia Mayor : Waspadai Jika Wajah Balita Terlihat Pucat ,di unduh dari http://www.suarakarya.online.com , tanggal 23 Oktober 2012 Pukul 11.23 WIB
Wong,et al.2008. Buku ajar keperawatan pediatrik volume 2. Edisi VI. Jakarta: EGC
Yayasan Thalassemia Indonesia. (2009), Grafik Data Penderita Thalassaemia Yang Berobat di Pusat Thalassaemia RSCM, diunduh dari http://thalassaemia- yti.or.id/data_penderita.htm, 23 Oktober 2012 Pukul 11.23 WIB