LAPORAN PENDAHULUAN
ABDOMINAL PAIN
![](file:///C:/Users/SAMSUNG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
DISUSUN
OLEH :
NAMA : ARIF KURNIAWAN S.Kep
NIM : 4012170041
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA
KOTA BANJAR
2016
LAPORAN PENDAHULUAN ABDOMINAL PAIN
A.
DEFINISI
Nyeri
abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap
regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua
yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara
dada dan region inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi
merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai
serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta
membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan
sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3
kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan
mengganggu aktivitas sehari-hari.
B.
KLASIFIKASI
Pada
garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya
serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas
kasus bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi
berdasarkan umur penderita, yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang
masing-masing dapat dikelompokkan menjadi penyebab gastrointestinal dan luar
gastrointestinal
Konsep
yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan: organik
(fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab
organik, bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik.
Cara pendekatan seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan biaya. Untuk
memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik maka ada tiga kriteria yang
harus dipenuhi yaitu:
1.
Ada
bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan organik.
2.
Bukti
positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara timbulnya
sakit perut dengan periode meningkatnya stress yang dialami anak.
3.
Sakit
perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan emosional meskipun
kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi
![Abdominal Pain](file:///C:/Users/SAMSUNG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
C.
ETIOLOGI
1. Faktor
resiko
a. Nyeri akut
1)
Melaporkan nyeri
secara verbal dan nonverbal
2) Menunjukan
kerusakan
3) Posisi
untuk mengurangi nyeri
4) Gerakan
untuk melindungi
5) Tingkah
laku berhati-hati
6) Muka
dengan ekspresi nyeri
7) Gangguan
tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
8) Fokus
pada diri sendiri
9) Fokus
menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses berpilur)
10) Tingkah
laku distraksi
11) Respon
otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
12) Tingkah
laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
13) Perubahan
nafsu makan
b. Nyeri
kronis
1) Perubahan
berat badan
2) Melaporkan
secara verbal dan nonverbal
3) Menunjukkan
gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Perubahan
pola tidur
5) Kelelahan
6) Atrofi
yang melibatkan beberapa otot
7) Takut
cedera
8) Interaksi
dengan orang lain menurun
2. Faktor
predisposisi
a. Trauma
1) Mekanik
: rasa nyeri timbul akibat ujung saraf
bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
2) Thermis
: nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas,
dingin, misalnya api atau air panas
3) Khermis
: nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
4) Elektrik
: nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
b. Neoplasma,
bersifat jinak maupun ganas
c. Peradangan
d. Kelainan
pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
e. Trauma
psikologis
3. Faktor
presipitasi
a. Ligkungan
b. Suhu
ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
A.
PATHWAY
![](file:///C:/Users/SAMSUNG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.png)
![](file:///C:/Users/SAMSUNG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![ABDOMINAL PAIN - Page 8](file:///C:/Users/SAMSUNG/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.jpg)
B. PATOFISIOLOGI
1. Teori
pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk
ke medulla spinalis (spinal card)
melalui karnu dorsalis yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke
tractus lissur dan menyilang dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan
berakhir dari korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori
pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk
melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang sel T. Hal ini
mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi yaitu
korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri.
3. Teori
pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari
kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.
Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan aktivitas substansia
gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T
terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akut terhambat. Rangsangan saraf
besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferen dan reaksinya
mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat
aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga
merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan
nyeri.
4. Teori
transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada
nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls
nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials system supresif.
C.
KOMPLIKASI
1. Gangguan
pola istirahat tidur
2. Syok
neurogenik
D.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan
darah lengkap
2. CT
scan
3. MRI
4. EKG
E.
PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
1. Monitor
gejala cardinal/ tanda-tanda vital
2. Kaji
adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
3. Beri
rasa aman
4. Sentuhan
therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa
individu yang sehat mempunyai keseimbangan energy antara tubuh dengan
lingkungan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan
memberikan sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energy.
5. Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
6. Guided
imagery
Meminta pasien berimajinasi
membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan
ruangan yang terang, serta konsentrasi dari pasien.
7. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap
nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi audio
(mendengar musik), distraksi sentuhan massage, memegang mainan), distraksi intelektual
(merangkai puzzle).
8. Anticipatory
guidance
Memodifikasi secara langsung cemas
yang berhubungan dengan nyeri.
9. Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
10. Biofeedback
Terapi
prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon
nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap respon.
Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara
memasang elektroda pada pelipis.
F.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Pemberian
analgesik
Obat golongan analgesik akan
merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi sistem
saraf pusat pada thalamus dan korteks
serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri
yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam
salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak
mengandung komponen obat analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline,
atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor
persepsi kepercayaan pasien.
G.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat
atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk.
R (Region) : daerah
perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum :
(0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3
: nyeri ringan
4-7
: nyeri sedang
8-10
: nyeri berat
T (Time) : waktu
timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.
a. Data
Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa
tidur karena nyeri, sering mengubah posisi dan menghindari tekanan nyeri.
b. Data
Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien
tampak memegangi area yang nyeri, suhu meningkat.
2. Perencanaan
a. Prioritas
Diagnosa keperawatan atau masalah
keperawatan :
Nyeri akut/ kronis berhubungan
dengan:
-Gangguan sirkulasi ditandai
dengan sianosis, kulit pucat
-Iritasi pada daerah ginjal
ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah.
-Eliminasi urin ditandai dengan
sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
b. Rencana
keperawatan
1) Tujuan
Rasa nyeri berkurang atau dapat
menghilang.
2) Kriteria
hasil
-Pasien menunjukan penurunan skala
nyeri
-Pasien menggambarkan rasa nyaman
dan rileks.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji
faktor penyebab, kualitas, lokasi, frekuensi, dan skala nyeri
2.
Monitor
tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi, dan peningkatan
pernafasan.
3.
Ajarkan
tehnik distraksi dan relaksasi
4.
Beri
posisi yang nyaman untuk pasien
5.
Beri
Health Education (HE) tentang nyeri
6.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi analgesik seperti
|
1.
Menentukan
sejauhmana nyeri yang dirasakan dan untuk memudahkan member intervensi
selanjutnya.
2.
Dapat mengidentifikasi rasa sakit dan
ketidaknyamanan
3.
Membantu
pasien menjadi rileks, menurunkan rasa nyeri, serta mampu mengalihkan
perhatian pasien dari nyeri yang dirasakan
4.
Mengurangi
rasa sakit, meningkatkan sirkulasi, posisi semifowler dapat mengurangi
tekanan dorsal.
5.
Pasien
mengerti tentang nyeri yang dirasakan dan menghindari hal-hal yang dapat
memperparah nyeri.
6.
Menekan
susunan saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri sehigga dapat
mengurangi rasa sakit/ nyeri
|
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah
tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang
dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto dan Wartonah,
2003).
4) Evaluasi
a) Penurunan
skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5 dari 10 skala yang
diberikan.
b) Merasa
nyaman dan dapat istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.
Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar