LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR FEMUR
DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH SENTRAL)
DISUSUN
OLEH :
NAMA : ARIF KURNIAWAN
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA
KOTA BANJAR
2016
I.
DEFENISI
Rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.
II.
FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian
panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur,
terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang,
bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk
acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot.
Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip.
Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler
posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah
tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
III.
KLASIFIKASI
Ada 2 type dari
fraktur femur, yaitu :
1.
Fraktur Intrakapsuler femur
yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
dan Melalui kepala femur (capital
fraktur)
·
Hanya di bawah kepala femur
·
Melalui leher dari femur
2.
Fraktur Ekstrakapsuler;
·
Terjadi di luar sendi dan
kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah
intertrokhanter.
·
Terjadi di bagian distal menuju
leher femur tetapi tidak lebih dari 2
inci di
bawah trokhanter kecil.
IV. PATHWAY
V. PATOFISIOLOGI
A. Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur
patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
berupa
yang disebabkan
oleh suatu proses., yaitu :
·
Osteoporosis Imperfekta
·
Osteoporosis
·
Penyakit metabolik
TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :
- Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan).
- Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur
berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
TANDA DAN GEJALA
·
Nyeri hebat di tempat fraktur
·
Tak mampu menggerakkan
ekstremitas bawah
·
Rotasi luar dari kaki lebih
pendek
·
Diikuti tanda gejala fraktur
secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur
terbuka, deformitas.
PENATALAKSANAAN MEDIK
·
X.Ray
·
Bone scans, Tomogram, atau MRI
Scans
·
Arteriogram : dilakukan bila
ada kerusakan vaskuler.
·
CCT kalau banyak kerusakan
otot.
TRAKSI
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan
fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi
fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
- Traksi Kulit
Dipasang pada
dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit
terbatas
untuk 4 minggu
dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak
waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila
tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
- Traksi Skeletal
Merupakan
traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan
untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui
tulang/jaringan metal.
KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI
Traksi yang
dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
·
Mengurangi nyeri akibat spasme
otot
·
Memperbaiki dan mencegah
deformitas
·
Immobilisasi
·
Difraksi penyakit (dengan
penekanan untuk nyeri tulang sendi).
·
Mengencangkan pada perlekatannya.
MACAM - MACAM TRAKSI
- Traksi Panggul
Disempurnakan
dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.
- Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana
dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk
immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi
spasme otot.
- Traksi Cervikal
Digunakan untuk
menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa
dipasang dengan halter kepala.
- Traksi Russell’s
Traksi ini
digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk
terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa
digunakan.
Traksi ini
dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan
vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
- Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur
terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas
tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha
ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan
dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus
yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.
PENGKAJIAN
1.
Riwayat keperawatan
a.
Riwayat Perjalanan penyakit
·
Keluhan utama klien datang ke
RS atau pelayanan kesehatan
·
Apa penyebabnya, kapan
terjadinya kecelakaan atau trauma
·
Bagaimana dirasakan, adanya
nyeri, panas, bengkak dll
·
Perubahan bentuk, terbatasnya
gerakan
·
Kehilangan fungsi
·
Apakah klien mempunyai riwayat
penyakit osteoporosis
b.
Riwayat pengobatan sebelumnya
·
Apakan klien pernah mendapatkan
pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama
·
Apakah klien pernah menggunakan
obat-obat hormonal, terutama pada wanita
·
Berapa lama klien mendapatkan
pengobatan tersebut
·
Kapan klien mendapatkan
pengobatan terakhir
c.
Proses pertolongan pertama yang
dilakukan
·
Pemasangan bidai sebelum
memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum
dipindahkan
·
Tinggikan ekstremitas untuk
mengurangi edema
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Mengidentifikasi tipe fraktur
b.
Inspeksi daerah mana yang terkena
-
Deformitas yang nampak jelas
-
Edema, ekimosis sekitar lokasi
cedera
-
Laserasi
-
Perubahan warna kulit
-
Kehilangan fungsi daerah yang
cidera
c.
Palpasi
·
Bengkak, adanya nyeri dan
penyebaran
·
Krepitasi
·
Nadi, dingin
· Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur
NURSING PLANING
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1.
|
Resiko terjadinya
syok s/d perdarahan yg banyak
|
INDENPENDEN:
a)Observasi tanda-tanda vital.
b)Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan
c)Memberikan posisi supinasi
d)Memberikan banyak cairan (minum)
KOLABORASI:
a)Pemberian cairan per infus
b)Pemberian obat koa-gulan sia (vit.K, Adona) dan peng- hentian
perdarahan dgn fiksasi.
c)Pemeriksaan laborato- rium (Hb, Ht)
|
a)Untuk mengetahui tanda-tanda syok se- dini mungkin
b)Untuk menentukan tindak an
c)Untuk mengurangi per darahan dan men- cegah kekurangan darah ke
otak.
d)Untuk mencegah ke- kurangan cairan
(mengganti cairan yang hilang)
e)Pemberian cairan per-infus.
f)Membantu proses pem-bekuan darah dan untuk menghentikan
perda-rahan.
g)Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.
|
2.
|
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri
s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan
back slab, stress, dan cemas
|
INDEPENDEN:
a)
Mengkaji karakteris- tik
nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri
(0-10)
b)
Mempertahankan im- mobilisasi
(back slab)
c)
Berikan sokongan (support)
pada ektremitas yang luka.
d)
Menjelaskan seluruh prosedur
di atas
KOLABORASI:
e)
Pemberian obat-obatan
analgesik
|
a)
Untuk mengetahui tingkat rasa
nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya.
b)
Mencegah pergeser- an tulang
dan pe- nekanan pada jaring- an yang luka.
c)
Peningkatan vena return,
menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri.
d)
Untuk mempersiap- kan mental
serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.
e)
Mengurangi rasa nyeri
|
3.
|
Potensial infeksi se- hubungan dengan
luka terbuka.
|
INDEPENDEN:
a)
Kaji keadaan luka
(kontinuitas dari kulit) terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungsi laesa.
b)
Anjurkan pasien untuk tidak
memegang bagian yang luka.
c)
Merawat luka dengan
menggunakan tehnik aseptik
d)
Mewaspadai adanya keluhan
nyeri men- dadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
KOLABORASI:
a)
Pemeriksaan darah : leokosit
b)
Pemberian obat-obatan :
antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
c)
Persiapan untuk operasi
sesuai indikasi
|
a)
Untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi.
b)
Meminimalkan terjadinya
kontaminasi.
c)
Mencegah kontami- nasi dan
kemungkin- an infeksi silang.
d)
Merupakan indikasi adanya
osteomilitis.
a)
Lekosit yang me- ningkat
artinya sudah terjadi proses infeksi
b)
Untuk mencegah ke- lanjutan
terjadinya infeksi. dan pencegah an tetanus.
c)
Mempercepat proses
penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.
|
4.
|
Gangguan aktivitas sehubungan dengan
kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.
|
INDEPENDEN:
a)
Kaji tingkat im- mobilisasi
yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi ter-
sebut.
b)
Mendorong parti- sipasi dalam
aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).
c)
Menganjurkan pasien untuk
melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
d)
Membantu pasien dalam
perawatan diri
e)
Auskultasi bising usus,
monitor kebiasa an eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur.
f)
Memberikan diit tinggi
protein , vitamin , dan mi- neral.
KOLABORASI :
a)
Konsul dengan bagi- an
fisioterapi
|
a)
Pasien akan mem- batasi gerak
karena salah persepsi (persepsi tidak pro- posional)
b)
Memberikan ke- sempatan untuk
me- ngeluarkan energi, memusatkan per- hatian, meningkatkan perasaan
mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
c)
Meningkatkan aliran darah ke
otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas
sendi, men- cegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
d)
Meningkatkan ke- kuatan dan
sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam me- ngontrol situasi, me-
ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
e)
Bedrest, penggunaan
analgetika dan pe- rubahan diit dapat menyebabkan penurunan peristaltik usus
dan konstipasi.
f)
Mempercepat proses
penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi
penurunan BB (20 - 30 lb).
Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.
a)
Untuk menentukan program
latihan.
|
5.
|
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran,
tidak familier dengan sumber in-
formasi.
|
INDEPENDEN:
a)
Menjelaskan tentang kelainan
yang muncul prognosa, dan harap- an
yang akan datang.
b)
Memberikan dukung an
cara-cara mobili- sasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagi- an
fisioterapi.
c)
Memilah-milah aktif- itas
yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.
d)
Mengidentifikasi pe- layanan
umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
e)
Mendiskusikan tentang
perawatan lanjutan.
|
a)
Pasien mengetahui kondisi
saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentu kan pilihan.
b)
Sebagian besar fraktur
memerlukan penopang dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan sehingga
keterlambatan pe- nyembuhan disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang
kurang tepat.
c)
Mengorganisasikan kegiatan
yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi,
perawat atau ke- luarga).
d)
Membantu meng- fasilitaskan
perawa- tan mandiri memberi support untuk man- diri.
e)
Penyembuhan fraktur tulang
kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk
perencanaan perawatan lanjutan dan pasien koopratif.
|
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing
Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia,
F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps
WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach
St. Louis. Cv. Mosby Company.
KASUS
Saudara adalah seorang perawat di ruang
bedah yang diberi tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Tn.
Muria, usia 40 tahun dengan fraktur femur kanan 1/3 distal comunited. Saat ini
pasien masih menggunakan Back slab sambil menunggu jadwal operasi untuk tandur
(cangkok) tulang dan pemasangan eksterna traksi.
Dari balutan yang ada pada Back slab
merembes darah cukup banyak, pasien mengeluh nyeri berat. Pasien semenjak
kecelakaan 24 jam yang lalu tidak bisa tidur karena menahan nyeri. Ibu jari dan
jari-jari kaki kanan terasa baal.
SOAL :
Buatlah rencana asuhan keperawatan disertai rasionalisasinya !
JAWAB:
RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas Masalah
·
Mengatasi perdarahan
·
Mengatasi nyeri
·
Mencegah komplikasi
·
Memberi informasi tentang
kondisi, prognosis, dan pengobatan
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1.
|
Potensial terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak
|
INDENPENDEN:
a) Observasi tanda-tanda
vital.
b) Mengkaji sumber, lokasi,
dan banyak- nya per darahan
c) Memberikan posisi
supinasi
d) Memberikan banyak cairan
(minum)
KOLABORASI:
e) Pemberian cairan per
infus
f) Pemberian obat koa-gulan
sia (vit.K, Adona) dan peng- hentian perdarahan dgn fiksasi.
g) Pemeriksaan laborato-
rium (Hb, Ht)
|
a) Untuk mengetahui
tanda-tanda syok se- dini mungkin
b) Untuk menentukan tindak
an
c) Untuk mengurangi per
darahan dan men- cegah kekurangan darah ke otak.
d) Untuk mencegah ke-
kurangan cairan
(mengganti cairan yang
hilang)
e) Pemberian cairan
per-infus.
f) Membantu proses
pem-bekuan darah dan untuk menghentikan perda-rahan.
g) Untuk mengetahui ka-dar
Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.
|
2.
|
Gangguan
rasa nyaman:
Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada
jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
|
INDEPENDEN:
a)
Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas
nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)
b)
Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)
c)
Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
d)
Menjelaskan seluruh prosedur di atas
KOLABORASI:
e)
Pemberian obat-obatan analgesik
|
a)
Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me-
nentukan jenis tindak annya.
b)
Mencegah pergeser- an tulang dan pe- nekanan pada jaring-
an yang luka.
c)
Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi
nyeri.
d)
Untuk mempersiap- kan mental serta agar pasien
berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.
e)
Mengurangi rasa nyeri
|
3.
|
Potensial
infeksi se- hubungan dengan luka terbuka.
|
INDEPENDEN:
a)
Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap ada-
nya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.
b)
Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
c)
Merawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik
d)
Mewaspadai adanya keluhan nyeri men- dadak, keterbatasan
gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
KOLABORASI:
e)
Pemeriksaan darah : leokosit
f)
Pemberian obat-obatan :
antibiotika
dan TT (Toksoid Tetanus)
g)
Persiapan untuk operasi sesuai indikasi
|
a)
Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
b)
Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
c)
Mencegah kontami- nasi dan kemungkin- an infeksi silang.
d)
Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
e)
Lekosit yang me- ningkat artinya sudah terjadi proses
infeksi
f)
Untuk mencegah ke- lanjutan terjadinya infeksi. dan
pencegah an tetanus.
g)
Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan
peningkatan infeksi.
|
4.
|
Gangguan
aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri,
immobilisasi.
|
INDEPENDEN:
a)
Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh edema dan
persepsi pasien tentang immobilisasi ter- sebut.
b)
Mendorong parti- sipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton
TV, membaca kora, dll ).
c)
Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif
pada yang cedera maupun yang tidak.
d)
Membantu pasien dalam perawatan diri
e)
Auskultasi bising usus, monitor kebiasa an eliminasi dan
menganjurkan agar b.a.b. teratur.
f)
Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mi-
neral.
KOLABORASI :
g)
Konsul dengan bagi- an fisioterapi
|
a)
Pasien akan mem- batasi gerak karena salah persepsi
(persepsi tidak pro- posional)
b)
Memberikan ke- sempatan untuk me- ngeluarkan energi,
memusatkan per- hatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan
membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
c)
Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk me-
ningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, men- cegah kontraktur
/ atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
d)
Meningkatkan ke- kuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan
pasien dalam me- ngontrol situasi, me- ningkatkan kemauan pasien untuk
sembuh.
e)
Bedrest, penggunaan analgetika dan pe- rubahan diit dapat
menyebabkan penurunan peristaltik usus dan konstipasi.
f)
Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB,
karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb).
Catatan :
Untuk sudah dilakukan traksi.
g)
Untuk menentukan program latihan.
|
5.
|
Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan
kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi.
|
INDEPENDEN:
a)
Menjelaskan tentang kelainan yang muncul prognosa, dan harap- an yang akan datang.
b)
Memberikan dukung an cara-cara mobili- sasi dan ambulasi
sebagaimana yang dianjurkan oleh bagi- an fisioterapi.
c)
Memilah-milah aktif- itas yang bisa mandiri dan yang harus
dibantu.
d)
Mengidentifikasi pe- layanan umum yang tersedia seperti
team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
e)
Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
|
a)
Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga
pasien dapat menentu kan pilihan.
b)
Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama
proses pe- nyembuhan sehingga keterlambatan pe- nyembuhan disebab- kan oleh
penggunaan alat bantu yang kurang tepat.
c)
Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang
perlu menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau ke- luarga).
d)
Membantu meng- fasilitaskan perawa- tan mandiri memberi
support untuk man- diri.
e)
Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1
tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan
pasien koopratif.
|
FRAKTUR FEMUR
DEFINISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan
mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala,
leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari
femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi
panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke
kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke
femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior,
nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter
dan bagian bawah dari leher femur.
KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1.
Fraktur Intrakapsuler; femur
yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.
·
Melalui kepala femur (capital
fraktur)
·
Hanya di bawah kepala femur
·
Melalui leher dari femur
2.
Fraktur Ekstrakapsuler;
·
Terjadi di luar sendi dan
kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil/pada daerah
intertrokhanter.
·
Terjadi di bagian distal menuju
leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
PATOFISIOLOGI
B.
Penyebab
fraktur adalah trauma
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan
oleh trauma minimal atau tanpa trauma yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu
:
·
Osteoporosis Imperfekta
·
Osteoporosis
·
Penyakit metabolik
TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma langsung, yaitu benturan pada
tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan).
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan
benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada
orangtua.
TANDA DAN GEJALA
·
Nyeri hebat di tempat fraktur
·
Tak mampu menggerakkan
ekstremitas bawah
·
Rotasi luar dari kaki lebih
pendek
·
Diikuti tanda gejala fraktur
secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur
terbuka, deformitas.
PENATALAKSANAAN MEDIK
·
X.Ray
·
Bone scans, Tomogram, atau MRI
Scans
·
Arteriogram : dilakukan bila
ada kerusakan vaskuler.
·
CCT kalau banyak kerusakan
otot.
TRAKSI
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan
fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi
fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk
struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut
mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan
pemasangan gips.
Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang
dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka
operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI
Traksi yang dipasang pada leher, di
tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
·
Mengurangi nyeri akibat spasme
otot
·
Memperbaiki dan mencegah deformitas
·
Immobilisasi
·
Difraksi penyakit (dengan
penekanan untuk nyeri tulang sendi).
·
Mengencangkan pada
perlekatannya.
MACAM - MACAM TRAKSI
Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat
pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.
Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan
menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai
lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.
Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada
keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang
femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah.
Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan
atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal
pada tibia atau fibula.
Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan
steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas
splint, sedang tungkai bawah ditopang
atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih,
sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha
dapat dilatih secara aktif.
PENGKAJIAN
3.
Riwayat keperawatan
d.
Riwayat Perjalanan penyakit
-
Keluhan utama klien datang ke
RS atau pelayanan kesehatan
-
Apa penyebabnya, kapan
terjadinya kecelakaan atau trauma
-
Bagaimana dirasakan, adanya
nyeri, panas, bengkak dll
-
Perubahan bentuk, terbatasnya
gerakan
-
Kehilangan fungsi
-
Apakah klien mempunyai riwayat
penyakit osteoporosis
e.
Riwayat pengobatan sebelumnya
-
Apakan klien pernah mendapatkan
pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama
-
Apakah klien pernah menggunakan
obat-obat hormonal, terutama pada wanita
-
Berapa lama klien mendapatkan
pengobatan tersebut
-
Kapan klien mendapatkan
pengobatan terakhir
f.
Proses pertolongan pertama yang
dilakukan
-
Pemasangan bidai sebelum
memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum
dipindahkan
-
Tinggikan ekstremitas untuk
mengurangi edema
4.
Pemeriksaan fisik
d.
Mengidentifikasi tipe fraktur
e.
Inspeksi daerah mana yang
terkena
-
Deformitas yang nampak jelas
-
Edema, ekimosis sekitar lokasi
cedera
-
Laserasi
-
Perubahan warna kulit
-
Kehilangan fungsi daerah yang
cidera
f.
Palpasi
-
Bengkak, adanya nyeri dan
penyebaran
-
Krepitasi
-
Nadi, dingin
-
Observasi spasme otot sekitar
daerah fraktur
KASUS
Saudara adalah seorang perawat di ruang
bedah yang diberi tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Tn.
Muria, usia 40 tahun dengan fraktur femur kanan 1/3 distal comunited. Saat ini
pasien masih menggunakan Back slab sambil menunggu jadwal operasi untuk tandur
(cangkok) tulang dan pemasangan eksterna traksi.
Dari balutan yang ada pada Back slab
merembes darah cukup banyak, pasien mengeluh nyeri berat. Pasien semenjak
kecelakaan 24 jam yang lalu tidak bisa tidur karena menahan nyeri. Ibu jari dan
jari-jari kaki kanan terasa baal.
SOAL :
Buatlah rencana asuhan keperawatan disertai rasionalisasinya !
JAWAB:
RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas Masalah
·
Mengatasi perdarahan
·
Mengatasi nyeri
·
Mencegah komplikasi
·
Memberi informasi tentang
kondisi, prognosis, dan pengobatan
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1.
|
Potensial
terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak
|
INDENPENDEN:
d)Observasi tanda-tanda vital.
e)Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan
f)Memberikan posisi supinasi
g)Memberikan banyak cairan (minum)
KOLABORASI:
h)Pemberian cairan per infus
i)Pemberian obat koa-gulan sia (vit.K, Adona) dan peng- hentian
perdarahan dgn fiksasi.
j)Pemeriksaan laborato- rium (Hb, Ht)
|
h)Untuk mengetahui tanda-tanda syok se- dini mungkin
i)Untuk menentukan tindak an
j)Untuk mengurangi per darahan dan men- cegah kekurangan darah ke
otak.
k)Untuk mencegah ke- kurangan cairan
(mengganti cairan yang hilang)
l)Pemberian cairan per-infus.
m)Membantu proses pem-bekuan darah dan untuk menghentikan
perda-rahan.
n)Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.
|
2.
|
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri
s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan
back slab, stress, dan cemas
|
INDEPENDEN:
f)
Mengkaji karakteris- tik
nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri
(0-10)
g)
Mempertahankan im- mobilisasi
(back slab)
h)
Berikan sokongan (support)
pada ektremitas yang luka.
i)
Menjelaskan seluruh prosedur
di atas
KOLABORASI:
j)
Pemberian obat-obatan
analgesik
|
f)
Untuk mengetahui tingkat rasa
nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya.
g)
Mencegah pergeser- an tulang
dan pe- nekanan pada jaring- an yang luka.
h)
Peningkatan vena return,
menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri.
i)
Untuk mempersiap- kan mental
serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.
j)
Mengurangi rasa nyeri
|
3.
|
Potensial infeksi se- hubungan dengan
luka terbuka.
|
INDEPENDEN:
d)
Kaji keadaan luka
(kontinuitas dari kulit) terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungsi laesa.
e)
Anjurkan pasien untuk tidak
memegang bagian yang luka.
f)
Merawat luka dengan
menggunakan tehnik aseptik
g)
Mewaspadai adanya keluhan
nyeri men- dadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
KOLABORASI:
h)
Pemeriksaan darah : leokosit
i)
Pemberian obat-obatan :
antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
j)
Persiapan untuk operasi
sesuai indikasi
|
d)
Untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi.
e)
Meminimalkan terjadinya
kontaminasi.
f)
Mencegah kontami- nasi dan
kemungkin- an infeksi silang.
g)
Merupakan indikasi adanya
osteomilitis.
h)
Lekosit yang me- ningkat
artinya sudah terjadi proses infeksi
i)
Untuk mencegah ke- lanjutan
terjadinya infeksi. dan pencegah an tetanus.
j)
Mempercepat proses
penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.
|
4.
|
Gangguan aktivitas sehubungan dengan
kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.
|
INDEPENDEN:
b)
Kaji tingkat im- mobilisasi
yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi ter-
sebut.
c)
Mendorong parti- sipasi dalam
aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).
d)
Menganjurkan pasien untuk
melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
e)
Membantu pasien dalam
perawatan diri
f)
Auskultasi bising usus,
monitor kebiasa an eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur.
g)
Memberikan diit tinggi
protein , vitamin , dan mi- neral.
KOLABORASI :
h)
Konsul dengan bagi- an
fisioterapi
|
b)
Pasien akan mem- batasi gerak
karena salah persepsi (persepsi tidak pro- posional)
c)
Memberikan ke- sempatan untuk
me- ngeluarkan energi, memusatkan per- hatian, meningkatkan perasaan
mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
d)
Meningkatkan aliran darah ke
otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas
sendi, men- cegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
e)
Meningkatkan ke- kuatan dan
sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam me- ngontrol situasi, me-
ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
f)
Bedrest, penggunaan
analgetika dan pe- rubahan diit dapat menyebabkan penurunan peristaltik usus
dan konstipasi.
g)
Mempercepat proses
penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi
penurunan BB (20 - 30 lb).
Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.
h)
Untuk menentukan program
latihan.
|
5.
|
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran,
tidak familier dengan sumber in-
formasi.
|
INDEPENDEN:
f)
Menjelaskan tentang kelainan
yang muncul prognosa, dan harap- an
yang akan datang.
g)
Memberikan dukung an
cara-cara mobili- sasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagi- an
fisioterapi.
h)
Memilah-milah aktif- itas
yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.
i)
Mengidentifikasi pe- layanan
umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
j)
Mendiskusikan tentang
perawatan lanjutan.
|
f)
Pasien mengetahui kondisi
saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentu kan pilihan.
g)
Sebagian besar fraktur
memerlukan penopang dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan sehingga
keterlambatan pe- nyembuhan disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang
kurang tepat.
h)
Mengorganisasikan kegiatan
yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi,
perawat atau ke- luarga).
i)
Membantu meng- fasilitaskan
perawa- tan mandiri memberi support untuk man- diri.
j)
Penyembuhan fraktur tulang
kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk
perencanaan perawatan lanjutan dan pasien koopratif.
|
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing
Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia,
F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps
WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach
St. Louis. Cv. Mosby Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar